Keanekaragaman Pangan Masyarakat Adat Bisa Penuhi Kebutuhan Pangan Bergizi di Masa Pandemi

129
Founder NGO Gita Paratiwi Foundation ini menyebut, masyarakat adat di seluruh nusantara menyimpan keanekaragaman pangan yang luar biasa. Kondisi ini merupakan potensi yang bisa digunakan untuk mengisi kekosongan bahan pangan bergizi saat ini. Foto: Detik
Founder NGO Gita Paratiwi Foundation ini menyebut, masyarakat adat di seluruh nusantara menyimpan keanekaragaman pangan yang luar biasa. Kondisi ini merupakan potensi yang bisa digunakan untuk mengisi kekosongan bahan pangan bergizi saat ini. Foto: Detik

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Belajar dari banyak ahli lingkungan, psikolog sekaligus social entrepreneur Dra. Candra Prijosusilo, Psi, menuturkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan gejala kerusakan bumi, terutama dari perubahan iklim dan erosi genetika yang parah.

“Ekosistem binatang liar yang menjadi inang dari virus-virus semacam Covid-19 berpindah ke manusia.”

“Jika perubahan iklim tidak ditanggulangi dan tidak mencegah runtuhnya biodiversity, maka penyelesaian yang ada hanya akan bersifat sementara saja. Bahkan memungkinkan datangnya pandemi-pandemi lain,” ungkapnya.

Hal tersebut Candra sampaikan dalam seminar daring Sinergi UGM dan KAGAMA, bertajuk Membangun Komunitas yang Tangguh Pada Era Adaptasi Kebiasaan Baru, yang digelar beberapa waktu lalu.

Kondisi tersebut mendorong Candra bersama relawan lain untuk berusaha memadukan satu respon terhadap Covid-19.

Baca juga: Bagi Ketua KAGAMA Pertanian, Uang Bukanlah Modal Utama Berwirausaha

Langkah tersebut sekaligus membantu para relawan merajut kembali sustainability bumi melalui pelestarian biodiversity dan memitigasi perubahan iklim.

Founder NGO Gita Paratiwi Foundation ini mengungkapkan, hampir semua perspektif yang digunakan untuk menganalisis persoalan pangan adalah perekonomian konvensional, yang notabene merupakan salah satu penyebab utama dari runtuhnya ekosistem.

“Dengan riset sederhana tersebut, kami bisa menentukan paket-paket bantuan apa saja yang tepat untuk diberikan.”

“Bantuan bahan pangan yang diberikan pemerintah selama ini berupa makanan olahan, beras, minyak, dan sebagainya. Minim sekali bahan makanan segarnya.”

“Padahal untuk menjaga ketahanan tubuh, kita butuh asupan micro-nutrient yang bermanfaat untuk ketahanan tubuh, mental, dan emosional. Ketangguhan manusia menghadapi pandemi dipengaruhi oleh asupan gizinya,” tutur alumnus Fakultas Psikologi angkatan 1987 itu.

Baca juga: Akhir Tahun Ini, Indonesia Bisa Punya Akses 30 Juta Vaksin