KBRI Den Haag Gelar Pementasan Wayang Kulit

191
Acara ditutup dengan buka puasa bersama dengan hidangan makanan khas Indonesia. Foto: KBRI Den Haag
Acara ditutup dengan buka puasa bersama dengan hidangan makanan khas Indonesia. Foto: KBRI Den Haag

KAGAMA.CO, DEN HAAG – Bunyi gamelan mengalun dengan indah dan anggun, Sabtu (11/5/2019), di Aula Nusantara KBRI Den Haag.

Para penonton yang berjumlah lebih dari seratus lima puluh  orang tampak antusias menyaksikan pementasan wayang dengan lakon “Ciptaning”.

Pergelaran tersebut dibawakan oleh dalang Ki Joko Susilo dari Selandia Baru, sinden Dòra Györfi dari Budapest, Hungaria dan diiringi kelompok kesenian Gamelan Widosari Amsterdam.

Para pemain gamelan yang tergabung dalam kelompok ini terdiri dari orang-orang Indonesia dan Belanda yang dipimpin oleh Elsje Plantema.

Acara ini diselenggarakan oleh Rumah Budaya Indonesia (RBI) Den Haag yang berada di bawah naungan KBRI Den Haag.

Rumah Budaya Indonesia (RBI) Den Haag secara aktif mengadakan kegiatan-kegiatan budaya yang bertujuan untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia di Belanda.

Acara dimulai dengan ucapan selamat datang oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Den Haag, Din Wahid.

Selanjutnya acara dibuka secara resmi oleh Wakil Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Fikry Cassidy.

Lakon “Ciptaning” ini mengisahkan tentang proses pertapaan yang dilakukan oleh Arjuna demi mendapatkan sesuatu yang bisa digunakan untuk melawan angkara murka di dunia.

Arjuna yang merupakan salah seorang ksatria Pandawa ini bertapa di Gua Mintaraga di Gunung Indrakila.

Arjuna sebagai pertapa ini dikenal juga dengan nama Begawan Mintaraga atau Begawan Ciptaning.

Berbagai godaan dialami oleh Begawan Ciptaning selama bertapa, untuk menguji seberapa kuat sang Begawan menahan nafsu duniawi.

Para penonton yang berjumlah lebih dari seratus lima puluh  orang tampak antusias menyaksikan pementasan wayang dengan lakon Ciptaning. Foto: KBRI Den Haag
Para penonton yang berjumlah lebih dari seratus lima puluh  orang tampak antusias menyaksikan pementasan wayang dengan lakon Ciptaning. Foto: KBRI Den Haag

Pada akhirnya, Begawan Ciptaning alias Arjuna berhasil melewati semua godaan tersebut, dan mendapatkan anugerah berupa panah Pasopati yang sakti mandraguna dan bisa digunakan untuk menumpas kejahatan di dunia.

Ki dalang Joko Susilo mementaskan lakon ini dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Inggris.

Tujuannya supaya para penonton wayang yang tidak bisa berbahasa Jawa bisa turut menikmati lakon wayang ini.

Hal ini sejalan dengan misi KBRI Den Haag dan Rumah Budaya Indonesia (RBI) Den Haag untuk mempromosikan sekaligus menjaga kelestarian kebudayaan Indonesia.

Setelah pementasan wayang berakhir, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Wesaka Puja memberikan kesan-kesannya atas pementasan ini.

Duta Besar Puja sangat mengapresiasi para seniman yang telah mementaskan wayang kulit ini.

“Pesan moral yang bisa dipetik dalam lakon “Ciptaning” yaitu untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan, maka kita perlu tekun dan tetap fokus pada tujuan,” ujar alumnus Fisipol UGM angkatan 1980 ini.

Acara ditutup dengan buka puasa bersama dengan hidangan makanan khas Indonesia, seperti kolak pisang-ubi, ayam penyet, tahu dan tempe bacem, serta hidangan lainnya yang bisa menambah nikmatnya suasana setelah menonton pementasan wayang kulit ini.(KBRI Den Haag)