Kata Pakar UGM Soal Kemungkinan Terjadinya Perang Dunia III

639

Baca juga: Menlu Retno Marsudi Sekarang Resmi Jadi Nenek

Demikian juga dengan pakar keamanan internasional dari UGM, Yunizar Adiputera, MA, dia sepakat dengan Rachmat.

Kecil kemungkinan terjadi PD III. Terlebih lagi, dunia sedang tidak berada dalam situasi historis yang sama.

“Kalau dari perang-perang sebelumnya, ada jalinan aliansi yang sangat licik antarnegara, sehingga perang antar dua negara itu melibatkan banyak negara lain,” ujarnya.

Meskipun saat ini Iran dekat dengan China dan Rusia, aliansi mereka tidak sedang berada di level keinginan membela Iran ketika AS menyerang Iran. Karena basis aliansinya berbeda.

Ada pun faktor-faktor penting lainnya, perang terbuka AS-Iran kemungkinannya kecil, karena ada asimetri kekuatan.

Iran merupakan negara dengan kekuatan militer yang masih jauh dari AS, dan Iran menyadari itu.

Iran tidak akan mampu melawan AS secara langsung.

Baca juga: Ganjar Pranowo Angkat Bicara Soal Keraton Agung Sejagat di Purworejo

Di sisi lain, AS sudah tidak ada lagi nafsu lagi untuk melakukan peperangan di Timur Tengah.

Karena hal tersebut memakan biaya dan korban jiwa yang sangat besar, sehingga dukungan dari publik untuk perang diperkirakan tidak ada.

“Lagi pula, dibandingkan dengan Irak, Iran secara geografis dan populasi jauh lebih besar, serta secara topografi juga sulit,”

“Mereka dalam situasi di mana defense lebih mudah dari pada offense. Lebih mudah menjaga status quo daripada berperang,” ujarnya.

Yunizar memperkirakan dua negara tersebut menyadari hambatan mereka melakukan perang.

Missiles yang dikirimkan Iran ke beberapa markas AS di Irak itu ditengarai dilakukan dengan sengaja dan berekspektasi tidak ada korban jiwa.

Hal itu dilakukan untuk menunjukkan kepada publik domestik dan internasional bahwa Iran merespons.

Baca juga: Atasi Banjir di Jawa, Menteri PUPR Lakukan Penanganan Cepat

Tetapi, juga bukan dalam rangka mengeskalasi konflik.

Para analis menduga, Iran akan melawan lewat jalan belakang dengan skala-skala kecil.

Mereka punya proksi di Lebanon, Suriah, Irak, Afghanistan, dan negara-negara lain yang menjadi sekutu AS.

“Serangan skala kecil itu bisa dalam bentuk konvoi, instalasi militer, atau penculikan. Apapun dengan cara yang tidak terbuka,” jelasnya.

Menariknya, ada hal lain yang terjadi di Iran ketika missiles itu diluncurkan.

Pesawat komersial Ukraina ditembak jatuh oleh tentara Iran.

Hal tersebut menimbulkan demonstrasi di mana-mana.

Rakyat Iran menuduh rezim telah menutupi hal tersebut kepada publik.

“Momentum rezim di Iran saat Soleimani dibunuh itu didukung penuh oleh publik. Tapi saat ini dukungan tersebut mulai tergerus, karena rakyat tidak lagi percaya dengan rezim,” ujarnya.

Ini menjadi situasi yang dilematis bagi rezim Iran, karena mereka terpojok dari sisi momentum.

Orang yang tepojok, kata Yunizar, hanya dihadapkan pada dua pilihan yakni fight atau flight.

“Kalau fight rezim bisa mengalihkan publik ke isu soal konflik dengan AS. Kalau flight stand down, jangan membuat rusuh dalam waktu dekat. Ini kita akan terus lihat perkembangannya,” tandasnya. (Kinanthi)

Baca juga: Langkah Sigap Menlu Retno Marsudi Cegah Ketegangan Amerika Vs Timur Tengah