Kata Ekandari Sulistyanngsih, Canthelan adalah Sarana Penyembuhan Diri di Masa Pandemi

587

Baca juga: Hati-hati, Ini Narkoba Jenis Baru yang Beredar di Indonesia

Di sisi lain, ada warga yang sebelumnya mampu secara ekonomi, tetapi saat pandemi dia terkena dampak.

Ada pula warga tidak mampu yang membutuhkan bantuan, tetapi tidak bisa pergi menuju lokasi canthelan karena suatu hal.

Pandemi Covid-19 yang memberikan ketidakpastian turut menjadi tantangan Ekan dalam mempersiapkan canthelan.

Kebijakan pemerintah dan lonjakan kasus tak bisa diprediksi.

Sementara dana bantuan tidak bisa dengan mudah diperoleh begitu saja, manakala gerakan canthelan dilaksanakan secara mendadak.

Baca juga: Kisah Bidan Hanifatur Rosyidah Lewati Segudang Kegagalan Sampai Bisa Eksis di Kancah Global

Selain KAGAMA Care, penggerak canthelan juga dibantu oleh beberapa komunitas, seperti Gerakan Peduli Petani (Genduli) dari gelanggang dan juga komunitas warga sekitar lokasi canthelan.

Donasi juga berdatangan silih berganti dari masyarakat umum, setelah gerakan canthelan ini diinformasikan di media sosial.

“Gerakan canthelan menciptakan silaturahmi yang kuat. Kita berterima kasih pula kepada relawan yang mau menyumbangkan waktu dan tenaganya untuk membantu membagikan canthelan.”

“Demikian juga aparat setempat. Karena kami termasuk orang asing, maka kami harus meminta izin dulu kepada perangkat desa,” jelas Manager Program Peduli di Yayasan Samin itu.

Kebaikan yang coba diberikan, menurut Ekan, di satu sisi menimbulkan berbagai prasangka dan ini membuat para penggerak canthelan merasa putus asa.

Baca juga: Julian Latuheru, Alumnus Magister Manajemen UGM yang Nyaman Jualan Marmer via Instagram