Kata Ekandari Sulistyanngsih, Canthelan adalah Sarana Penyembuhan Diri di Masa Pandemi

587

Baca juga: Alumnus Manajemen UGM Asal Sukoharjo Ditunjuk Jadi Anggota Dewan Komisioner LPS

Ekan mengatakan, relawan cukup menggantungkan saja paket bantuannya tanpa harus menunggu dan berinteraksi dengan banyak orang, seperti slogannya, ‘canthelkan dan ikhlaskan’.

Dalam menggerakkan canthelan, Ekan tidak sendirian. Alumnus Fakultas Psikologi UGM angkatan 1997 itu menuturkan, dia bekerja sama dengan KAGAMA Care.

Kemudian Ekan dan kemudian mendapatkan dana stimulus sebagai modal untuk menyediakan paket bantuan. Ekan mendapatkan modal Rp500.000 untuk setiap lokasi.

“Tantangannya adalah bagaimana modal sebesar itu bisa berkelanjutan. Di 4 lokasi ini, kami bagikan 7 canthelan. Dengan modal Rp500.000, diperkirakan kita bisa menggerakkan canthelan selama satu minggu.”

“Tetapi, di kampung tertentu, misalnya di Badran, yang langsung membagikan hingga 30an bungkus dalam sehari.”

Baca juga: Cerita Lastdes Christiany Buka Bisnis Makanan Sehat Sambil Promosikan Profesi Ahli Gizi

“Tetapi, tidak semua kantong isinya sama. Misalnya 10 kantong berisi sop-sopan dan lauk, beberapa bungkus lainnya berisi mie instan dan sayur,” jelasnya.

Ekan tinggal di Mangunsudiran. Namun, kemudian dia menambah tiga lokasi lain.

Hal ini karene Code, Badran, dan Gondolayu, termasuk dalam area meskipun lokasinya berada di kota.

Seperti di kampung Badran, diceritakan oleh Ekan, di sana banyak warga bekerja sebagai buruh harian lepas. Misalnya, buruh cuci dan tukang becak.

Ekan mendengar keluhan, beberapa diantara mereka kehilangan pekerjaan sejak pandemi.

Baca juga: Mekanisasi Pertanian Tetap Jadi Primadona di Masa Depan, Peluang Lulusan Teknik Pertanian