Kata Akademisi UGM Terkait Wacana Rektor Asing Pimpin Perguruan Tinggi Indonesia

588
Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng menyarankan agar wacana rektor asing pimpin Perguruan Tinggi Indonesia jangan langsung dilakukan dan sebaiknya dipikirkan kembali. Foto: Humas UGM
Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng menyarankan agar wacana rektor asing pimpin Perguruan Tinggi Indonesia jangan langsung dilakukan dan sebaiknya dipikirkan kembali. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Beberapa waktu lalu, Kemristekdikti membuat wacana mendatangkan rektor asing untuk memimpin PTN.

Hal tersebut meninggalkan berbagai catatan dari para akademisi di Indonesia, termasuk akademisi UGM.

Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, Me.Eng., D.Eng, ikut menanggapi rencana mendatangkan rektor dari luar negeri itu.

Menurutnya, hal itu di satu sisi bisa memberikan keuntungan, terutama pada jejaring dan reputasi perguruan tinggi.

Walaupun begitu, ia menyarankan agar wacana ini jangan langsung dilakukan dan sebaiknya dipikirkan kembali.

Baca juga: Orang-orang Muda ini ke Jogja Cari Ilmu untuk Bangun Papua

Sebab, kemungkinan besar menimbulkan persoalan internal terkait gaji.

“Jika yang ditempatkan di sini itu hanya rektornya saja, apakah tidak ada kesenjangan gaji antara rektor dan dosen-dosen kita? Sementara penggerak aktivitas di perguruan tinggi adalah dosen dan profesor. Ketika ada disharmoni gaji dengan rektor, maka rektor itu juga akan sulit menggerakkan dosen-dosennya,” kata Panut kepada KAGAMA, belum lama ini.

Ada pun pengecualian yang dilontarkan panut, misalnya mendatangkan rektor asing dan dosen asing dengan jumlah 20 persen dari total kursi dosen di perguruan tinggi yang bersangkutan.

Jika hal tersebut mampu dilakukan, maka akan meningkatkan reputasi perguruan tinggi.

“Tetapi, persoalan yang terjadi, mampukah kita menyetarakan gaji mereka dengan dosen lokal? Apakah mau dosen atau rektor asing gajinya setara dengan kita? Atau pemerintah mau menaikkan gaji kita? Itu jadi persoalan,” pungkas Panut.

Baca juga: Masyarakat Perlu Terlibat dalam Kegiatan Literasi Digital

Tugas Perguruan Tinggi Bukan Hanya Mencari Reputasi

Panut menjelaskan, ia yakin jika datangnya rektor atau dosen asing bakal meningkatkan reputasi perguruan tinggi, misalnya dari Amerika atau Inggris.

Sebab, jaringan mereka di dunia internasional sudah bagus.

Meskipun demikian, satu hal lain yang perlu dipikirkan lagi adalah perguruan tinggi tidak hanya mencari reputasi.

Tetapi, memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa.

Nah, apakah rektor dan dosen asing mau blusukan KKN?,” jelas Panut.

Baca juga: Soal Ekonomi Digital, Indonesia Perlu Buat Regulasi Khusus

Diperlukan Dana yang Tidak Sedikit

Panut tergabung dalam forum rektor seluruh Indonesia.

Rata-rata rektor di antara mereka tidak bermaksud menolak wacana ini.

Tetapi, mereka tahu cara bagaimana meningkatkan reputasi dan kualitas perguruan tinggi di tingkat dunia.

Hanya saja diperlukan dana yang tidak sedikit untuk mewujudkan itu.

“Contoh sederhana saat rekrutmen dosen, ketika kita punya dana yang besar, ambil saja itu diaspora. Misalnya orang Indonesia yang sudah jadi associate professor di Tokyo atau Amerika, atau lainnya. Gaji saja mereka, suruh pulang jadi dosen kita. Itu akan cepat menaikkan reputasi,” ujar Panut.

Baca juga: Liburan Semester ala Mahasiswa Jadul UGM; Dari Upacara, Bar Mini, hingga Menggelar Pernikahan