Baca juga: Dorong Semangat Menjadi Petani Kaya, Founder Woody Park Gelar Kegiatan Pelatihan Mencangkok Cepat
Dalam catatannya, Bedander pernah jadi tempat mesanggrah (beristirahat) penguasa kedua Majapahit, Prabu Jayanegara (memimpin hingga 1328).
Tidak jauh dari sang raja, Gadjah Mada tetap setia mengiringi guna melakukan konsolidasi kenegaraan.
Kala itu, Gadjah Mada masih menjadi kepala pasukan pengawal raja. Dia memimpin barisan kuda yang mengawal kereta sang raja.
“Kerajaan Majapahit sedang memberi pembinaan teritorial di kawasan Gunung Renteng. Dipilihnya Bedander sebagai program kenegaraan, karena daerah tersebut mengandung beragam potensi,” ujar Purwadi
“Yakni kemakmuran berlipat ganda atas lima hal: burung perkutut, pari gaga, minyak, semen, dan kayu jati menjadi andalan Kerajaan Majapahit.”
Baca juga: Ketiadaan Sosok Pemimpin yang Tepat Membuat Perusahaan Jalan di Tempat
“Semangat berkobar diwakili oleh nyala Kahyangan api. Siang malam api alam memancar ke segala penjuru. Api menyala terus terang dan terang terus menerus sejak tahun 1314,” bebernya.
Alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM itu menilai, Kahyangan Api punya unsur historis, filosofis, dan ekologis.
Sebuah peninggalan yang gemilang untuk masa depan. Sebab, nyala apinya seperti menerangi jagat raya.
Lebih lanjut, Purwadi juga menemukan situs bersejarah lain tidak jauh dari Kahyangan Api.
“Di sebelahnya ada tempat semedi Eyang Kriyo Kusumo, abdi dalem Sinuwun Amangkurat Amral yang memerintah Karaton Mataram tahun 1677 sampai 1705.
Baca juga: Cerita di Balik Perubahan Nama Saragi Menjadi Sragen