KAGAMA Golf Club, Match Play dan Monthly Medal Sore itu…

1470
Cerita kumpul-kumpul para golfer alumnus UGM di Emeralda Golf Club. Foto: Ist
Cerita kumpul-kumpul para golfer alumnus UGM di Emeralda Golf Club. Foto: Ist

oleh Gigih Mulyono Rusdi, Alumnus FEB Member KAGAMA Golf Club

 

KAGAMA.CO, JAKARTA – Golf adalah ajang persuaan para mantan, orang yang masih aktif berkarya. Dan juga para pribadi semi aktif-semi pengangguran. Baik para senior ataupun yang masih merasa junior.

Seandainya orang Skotland kala itu tidak menemukan permainan tongkat dan bola yang di kemudian hari disebut olah raga Golf, apa jadinya dunia ini? Terutama dunia lobi lobi dan dunia para pensiunan. Unimaginable, pasti terasa lengang njelehi dan diliputi keboringan serta konflik tak perlu.

KGC, KAGAMA Golf Club adalah wadah paseduluran golfer alumnus UGM. Universitas yang memiliki kampus luas nan indah di Bulaksumur di utara kota. Kampus dengan banyak julukan. Yakni Kampus perjuangan, Kampus Biru, Cemara Tujuh.

Ada juga sebutan yang bermakna ganda, menyanjung atau meledek atau berarti keduanya, yaitu Universitas Ndeso. Karena konon dulu dulunya, atau mungkin masih juga di jaman milenium ini, kampus ini sebagai tujuan para muda mudi ndeso se-Nusantara untuk jujugan bergengsi ngangsu kawruh di jenjang Perguruan Tinggi.

Tapi apapun sebutannya yang pasti kampus ini menjadi persemaian dan telah melahirkan orang-orang hebat di berbagai bidang. Dari seniman, pedagang, industrialis, politikus, Negarawan. Juga tukang ramal.

Cerita kumpul-kumpul para golfer alumnus UGM di Emeralda Golf Club. Foto: Ist
Cerita kumpul-kumpul para golfer alumnus UGM di Emeralda Golf Club. Foto: Ist

Baca juga: Ingin Bantu Masyarakat Luas, Ketua KAGAMA Jabar Lulusan Kedokteran Ini Pilih Jadi Birokrat

Kampus Ndeso ini telah menggembleng ribuan, bahkan ratusan ribu alumnus dari segala jurusan. Dari fakultas sosial seperti Sasdaya, Sospol, Akuntansi, Filsafat, Hukum sampai yang jurusan berbau science tinggi, seperti MIPA, Teknik Nuklir, dan sebagainya.

Para alumninya menyebar ke seluruh pelosok RI tercinta, dan pasti Ibukota Jakarta Raya. Bahkan juga bisa ditemui di seantero pojok pojok muka bumi. Kita bisa ketemu alumni UGM di negara Islandia dekat kutub utara sana. Atau di pelosok sudut New Zealand, di ujung bawah dekat kutub selatan. Alhamdulillah… pengabdian para alumnus itu mendunia.

Para alumnus itu tidak hanya mencari nafkah, namun juga bekerja keras dan cerdas berbakti, berjuang ikut berkontribusi untuk kehidupan dan komunitas yang lebih baik.

Ada yang sukses besar, sukses, agak sukses, ada juga yang biasa biasa saja. Tak jarang pula ada yang bermuram durja, berdarah-darah berkutat menghadapi segala ketidak pastian sengkarut kehidupan. Yang terkadang menyesakkan dada.

Seberapapun tingkat kesuksesannya, yang tak lekang gaya hidup wong Yogya tetap melekat tersisa di setiap pribadi pribadinya. Sederhana, sopan santun, andap asor, pekerja keras. Dan terkadang lugu. Betul kan?

Baca juga: Perjuangan Ketua Umum KABIDGAMA Menjadi Bidan Berprestasi Global