Jenggo, Inovasi Mahasiswa UGM untuk Belajar Matematika

825

BULAKSUMUR, KAGAMA – Pemahaman ilmu matematika membutuhkan proses panjang. Ilmu matematika tidak dapat dipahami secara instan. Salah satu cara paling efektif adalah memberikan pemahaman ilmu matematika sejak anak masih usia dini.

Proses sosialisasinya dapat dilakukan melalui PAUD, TK, SD, dan SMP. Dengan pengenalan sejak usia dini maka anak tidak lagi asing kepada ilmu matematika. Selanjutnya, mereka akan lebih mudah waktu  memelajari ilmu matematika di jenjang studi berikutnya.

Permasalahan dalam memelajari ilmu matematika mendapat perhatian mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka,  terdiri dari Anggita Windi Tiasari (FMIPA), Meilinda Chrisdian Pertiwi (FMIPA), Safita Ema Amalia (FMIPA), Galih Yudithya Utama (FMIPA), dan Michael Sigit Wicaksono Anugrah Kristanto (Fakultas Teknologi Pertanian), bersama-sama  membentuk kelompok PKM bidang Kewirausahaan (PMK-K). Mereka menciptakan  mainan sebagai solusi pembelajaran ilmu matematika bagi anak. Mainan tersebut diberi nama “Jenggo”. Cara bermainnya dengan memadukan permainan seru antara jenga dan lego.

Menurut Meilinda, Kamis (15/6/2017) di Kampus UGM, pembuatan Jenggo dilatarbelakangi atas permasalahan yang ditemui oleh tim dan melihat bahwa matematika merupakan ilmu yang diterapkan pada berbagai disiplin ilmu. Dengan kata lain, matematika cukup penting dalam kehidupan sehari-hari.

“Matematika sudah mulai dikenalkan sejak anak-anak di jenjang  yang masih dini, namun banyak yang menganggap matematika sulit dan menjadikannya momok,” ujar Meilinda.

Alat peraga untuk memelajari ilmu matematika berupa permainan Jenggo hasil kreasi mahasiswa UGM (Foto Dokumentasi Humas UGM)
Alat peraga untuk memelajari ilmu matematika berupa permainan Jenggo hasil kreasi mahasiswa UGM (Foto Dokumentasi Humas UGM)

Dikatakannya, anak-anak cenderung lebih suka bermain daripada belajar kontradiktif. Selain itu, masa anak-anak adalah masa yang baik untuk belajar. Hal tersebut menginspirasi Meilinda dan tim untuk membuat sebuah alat peraga edukasi (APE). Kelebihan alat ini anak-anak dapat bermain sambil belajar.

Menurut Meilinda, matematika sebenarnya sudah cukup familiar sejak usia dini. Namun, adanya anggapan matematika sulit menyebabkan anak-anak menjadi malas belajar dan cenderung menghindari matematika.

“Anak-anak terkadang lebih suka bermain daripada belajar,“ imbuh Meilinda.

Jenggo memiliki bentuk seperti jenga dengan inovasi pada pewarnaan balok yang diharapkan menjadi salah satu daya tarik anak-anak untuk ikut bermain. Selain itu, inovasi juga diberikan pada bentuk balok yang dapat dilepas pasang seperti lego.

Balok yang dilepas pasang ini memiliki lima varian bentuk, yaitu segitiga, lingkaran, trapesium, jajaran genjang dan bujur sangkar. Inovasi ini sekaligus memberi pengetahuan pada anak-anak mengenai macam bangun datar yang umum diketahui.

Kelebihan produk Jenggo dibandingkan dengan produk jenga yang telah ada sebelumnya adalah adanya balok yang dapat dilepas pasang. Selain itu, ada kartu petunjuk bermain yang universal namun unik. Universal yang dimaksud, yakni dapat digunakan oleh anak peserta program PAUD hingga SMP yang masing-masing memiliki aturan permainan dan dapat disesuaikan umur atau jenjang sekolah.

Cara bermain Jenggo juga cukup mudah dan dapat dimainkan bersama dua atau lebih pemain. Langkah pertama, tiap tiga balok disusun rapi ke atas, kemudian dua dadu dikocok. Setelah itu, pemain mengambil kartu petunjuk bermain, sekaligus mengambil balok sesuai angka hasil pengerjaan petunjuk di kartu. Setelah itu, ditaruh di lapisan Jenggo paling atas. Begitu seterusnya hingga roboh. Apabila pemain mendapat balok lepas pasang maka ia harus menyebutkan bangun datar di balok tersebut.

Jenggo dapat digunakan anak-anak jenjang PAUD hingga SMP. Permainan itu juga dapat digunakan sebagai pendamping guru untuk mengajar. Dengan adanya inovasi Jenggo, tim tersebut  berharap dapat berkontribusi untuk negeri dengan menjunjung slogan pemantik semangat think big, start small, act now. “Dari UGM kita bangun Yogya untuk Indonesia menuju pentas dunia,” tambah Meilinda. [Humas UGM/Catur/rts]