Jelajah Gunung ala Reuni Pertanian ’72 yang Gayeng dan Nostalgia Bambang Ungaran ‘Si Dunia Terasa Berputar’

730

Baca juga: Sebuah Studi Ungkap Cara Atasi Stres di Kalangan Mahasiswa

Kala itu, lantaran uang saku untuk kebutuhan ospek (sekarang PPSMB) kurang, dia musti pulang ngebus ke Purwodadi.

Pasalnya, jika dikirim wesel bakal memakan waktu yang lama, sampai 10 hari.

Dalam satu hari itu Bambang Ungaran pulang, sesegera mungkin dia menanti bus rute kembali ke Jogja keesokan harinya, yang kala itu tidak banyak.

Lantaran waktu yang mepet, sesampai di kos, dia langsung bergegas berangkat ospek.

“Sampai di kampus disuruh macem-macem, dulu masih ada plonco ya, disuruh guling-guling. Belum makan, jadi pusing,” kenangnya.

Saat berbaris, para senior menanyai pendapat dan kesan ospek hari itu.

Karena pusing, Bambang Ungaran pun menjawab sekenanya.

Bakar jagung di lereng Merapi. Foto: Istimewa
Bakar jagung di lereng Merapi. Foto: Istimewa

Baca juga: Suroso, SIP, M.A.: Kagama Menyentuh Papua Barat Lebih Dekat

“Saya Jawab, ‘dunia terasa berputar’. Para senior tertawa dan memlesetkan itu, akhirnya Saya dikenal dengan istilah itu,” kelakarnya.

Selain kisah-kisah nostalgia yang membuat suasana reuni makin gayeng, bagi Bambang setiadi, reuni merupakan sarana untuk memuliakan hidup.

Bambang bertutur, pada intinya reuni adalah menjaga silaturahmi.

Menurutnya, memutuskan hubungan dengan 100 orang bisa dilakukan dalam 1 menit, tapi menjaga hubungan dengan satu orang membutuhkan kesabaran, ketelatenan dan reuni.

“Memuliakan reuni adalah memuliakan hidup. Reuni adalah inti silaturahmi,” pungkasnya. (Taufiq Hakim)

Baca juga: Arif Wibowo Ukir Pengalaman Menyenangkan di Bidang Pertanian Sejak Mahasiswa