Jebolan FEB UGM Ini Sebut Pembangunan Desa Penting untuk Kurangi Kemiskinan

244

Baca juga: Kepala Puspar UGM Sebut Cara Agar Wisatawan Mancanegara Mau Kunjungi Indonesia Pasca Corona

Ada pula rantai pasok yang panjang dan tidak adil. Contohnya 1 kg bawang merah dari Brebes dijual dengan harga Rp15 ribu di tingkat petani.

Begitu sampai di Cirebon, yang berjarak sekitar 40 km dari Brebes, harganya naik menjadi Rp50 ribu. Tengkulak lebih banyak mendapat untung daripada petani.

Di saat yang sama, kata Bambang, desa juga mengalami kerusakan lingkungan yang luar biasa, akibat tindakan-tindakan ekonomi yang terjadi di luar desa. Seperti pertambangan, perkebunan besar, pembakaran hutan, dan sebagainya.

Bambang mengatakan, semua orang tentu mengharapkan desa bisa mandiri dan maju. Artinya desa harus bisa melahirkan warga yang sehat dan cerdas. SDM, kata Bambang, menjadi inti dari sebuah perkembangan.

“Selanjutnya, mereka harus hidup berswadaya. Meskipun saat ini warga desa sedang membutuhkan bansos, berswadaya tetap harus digalakkan,” tutur Sekretaris Jenderal Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu.

Bambang menegaskan, dua poin penting itu, menjadi kunci kesejahteraan masyarakat desa secara mandiri.

Modal kesejahteraan yang juga tak kalah penting yaitu kebersamaan yang mewujudkan kerukunan.

Baca juga: Guru Besar Fakultas Farmasi UGM: Kalung Eucalyptus Bukan Obat Utama Covid-19

Dengan kerukunan yang ada, diharapkan muncul sensitivitas gender, agar perempuan berdaya dan setara dengan laki-laki.

“Perempuan bisa menjadi seseorang yang berperan. Jangan melulu dipandang sebagai orang yang hanya bertanggung jawab pada kegiatan domestik,” ujarnya.

Butuh proses panjang untuk mewujudkannya. Tetapi, harus ada komitmen agar benar-benar jalan dan berkembang.

Untuk itu, Bambang menilai dibutuhkan program kelembagaan solidaritas. Program ini harapannya tidak hanya terjadi di kalangan elite desa. Tetapi, juga menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

Kedua, perlu dibangun sistem keuangan mandiri. Jangan biarkan masyarakat desa menunggu kredit bank, yang sebetulnya tidak akan pernah datang.

Ketiga, memproduksi dan memasarkan produk desa dengan mengandalkan produk unggulannya. Dalam proses ini dibutuhkan pengorganisasian.

Keempat, pemanfaatan teknologi produksi. Masyarakat perlu diedukasi lebih dalam terkait pemanfaatan ini. Di samping itu, dibutunkan dukungan pemerintah agar teknologi tersebut juga dapat diakses oleh masyarakat desa.

Baca juga: Ganjar Berharap KAGAMA Pertanian Jawa Bagian Barat Jadi Garda Terdepan Kemandirian Pangan