Jawaban untuk Mengatasi Gangguang Kesehatan Mental di DIY

346

Baca juga: Dokter RSUP Dr. Sardjito Paparkan Peran Spiritualitas Jawa bagi Kesehatan Jiwa

Dalam penelitian tersebut Alifa dkk. mengungkapkan bahwa desa merupakan salah satu lokasi penanganan kesehatan mental secara komunitas.

Desa yang dimaksud tentu merupakan desa dengan kategori khusus.

Kategori yang dimaksud adalah Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) yang merupakan pengembangan dari Desa siaga.

Lokasinya di Desa Selomartani, Kabupaten Sleman, DIY.

DSSJ Selomartani dibentuk oleh Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia Yogyakarta.

Program ini dilakukan usai meningkatnya intensitas gangguan jiwa di Yogyakarta.

Pada 2013, angka Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di DIY sebesar 10.993.

Baca juga: Anak Cacat Lahir Bukan Hukuman dari Tuhan

Dalam penelitian disebutkan bahwa salah satu indikator yang membuat DSSJ dibentuk adalah meningkatnya angka bunuh diri.

Diungkapkan oleh Alifa dkk, Desa Selomartani merupakan desa yang peduli terhadap kesehatan mental.

Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan soal tingginya penderita gangguan jiwa.

Hal itu membuat pemerintah memerlukan sebuah intervensi, yang diwujudkan dalam komunitas yang mulanya bernama Desa Siaga, yang kemudian diubah menjadi DSSJ.

Untuk mendapatkan hasil penelitian, Alifa dkk, menggunakan pendekatan kualitatif dan metode naratif.

Peneliti menemukan bahwa program DSSJ membantu mengurangi stigma mengenai gangguan jiwa yang muncul di masyarakat.

Baca juga: Pembangunan SDM Perlu Diwujudkan Lewat Guru dan Pendidikan yang Inovatif

Masyarakat menerima keberadaan penderita gangguan jiwa yang muncul di masyarakat.

Namun demikian, masih ada beberapa kendala, seperti masalah finansial dan beban internal bagi para kader DSSJ.

Beban internal yang dialami antara lain perasaan tertekan, tidak menyenangkan, cemas, khawatir, merasa mengalami gangguan mental, merasa terganggu dan rasa amarah.

Keadaan ini terjadi usai kader berinteraksi dengan gangguan jiwa atau warga yang berisiko gangguan jiwa.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya gangguan pengetahuan kader mengenai penanganan gangguan jiwa.

Peneliti menilai, DSSJ di Selomartani masih memerlukan banyak perbaikan, yang tak hanya dari internal program, melainkan juga pihak eksternal yang terlibat. (Ezra)

Baca juga: Sumbangsih Kagama, Peduli Korban Bencana