Jadi Senior Manager di BNI Syariah, Alumnus Fakultas Filsafat UGM Angkatan 1989 Ini Tak Pernah Lamar Kerja

1664

Baca juga: KAGAMA Balikpapan Panen Lele di Kampung Kenangan

Kata Hatifudin, komitmen dibangun dari rasa percaya diri dan motivasi. Sedangkan kompetensi dibangun dari ilmu pengetahuan dan keahlian.

Namun, universitas tidak bisa menjamin 100 persen lulusannya langsung diterima kerja. Hal itulah yang mendasari Hatifudin untuk terus mengembangkan diri.

“Mengembangkan diri melalui softskill? Itu pasti. Namun, saya juga belajar analisis kredit, Sumberdaya Manusia, hingga Ekonomi Islam,” ucap Hatifudin.

“Kalau tidak mampu menambah kapasitas diri dengan ilmu, kita tidak mungkin bisa melakukan itu (perubahan),” terang pria yang juga menjadi dosen di Universitas Islam Indonesia ini.

Kepada mahasiswa Filsafat UGM Hatifudin berpesan, seseorang harus belajar dan jangan berdiam diri. Sebab, mahasiswa dari fakultas manapun punya poin ilmu yang sama.

Baca juga: Bupati Muda Mahendrawan Kembangkan Inovasi Kekayaan Lokal di Kubu Raya

Hanya, yang membedakannya adalah dorongan untuk mengembangkan diri.

“Tidak ada satu pun orang yang tahu apa yang bakal dilakukan besok. Namun, apa yang kita lakukan hari ini bisa menentukan hari esok,” ucap Hatifudin.

Meski begitu, Hatifudin bangga dengan latar belakangnya sebagai jebolan Filsafat UGM.

Sebab, ada ilmu-ilmu penting dari Kampus Kerakyatan yang dia terapkan dalam bekerja.

“Yakni premis mayor dan premis minor dalam etika komunikasi. Ilmu itu saya terapkan dalam bersurat,” kata Hatifudin.

Baca juga: Langkah Menteri Airlangga Dorong UMKM untuk Pulihkan Ekonomi Nasional