Intrik di Balik Berdirinya Kadipaten Pakualaman

4024

Baca juga: PapuanLivesMatter?

“Serta politik devide at impera (adu domba) pemerintah kolonial,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Filsafat UGM tersebut.

Purwadi berkata demikian lantaran sebelum Kadipaten Pakualaman berdiri, ada intrik yang terjadi saat Kerajaan Mataram dipimpin Sultan Hamengkubuwana II.

Purwadi bertutur, Yeeldijk, seorang Belanda yang pernah menjadi residen Yogyakarta, mengatakan bahwa ada masalah yang dihadapi Pangeran Notokusumo. Meskipun permasalahan itu belum jelas baginya.

Bersama dengan anaknya, RT Notodiningrat (kelak Paku Alam II), Pangeran Notokusumo dituduh berkomplot. Yakni dengan Bupati Madiun, Raden Rangga, yang dituduh telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda.

“Tuduhan ini sebenarnya hanya dipergunakan sebagai alasan yang tidak wajar untuk mengelabui mata orang,” ujar Purwadi.

Baca juga: Gubernur DIY Tak Ingin Terburu-buru Terapkan New Normal, Begini Alasannya

“Alasan yang sebenarnya, Pangeran Notokusumo dituduh ingin menjatuhkan Pangeran Adipati Anom (kelak Hamengkubuwana III).”

“RT Notodiningrat dituduh akan mendongkel Patih Danureja (II-red),” jelas pria kelahiran 1971 ini.

Sementara itu, hubungan tidak baik GKR Kencana Wulan dengan Pangeran Adipati Anom membuat situasi politik kala itu makin buruk.

Akar permasalahan ini sebetulnya adalah Danureja II. Hasutan Danureja II kepada Pangeran Adipati Anom menyebabkan Pangeran Notokusumo harus menghadapi rangkaian penyiksaan.

Lelaki kelahiran 21 Maret 1764 itu ditawan ke Semarang, Tegal, Cirebon, Bogor, dan Surabaya. Percobaan pembunuhan pun dilakukan kepadanya.

Baca juga: Detik-detik Sebelum Ayah Jaka Tingkir Dieksekusi Kerajaan Demak