Inovasi G2R Tetrapreneur Besutan Dosen UGM Telah Mendunia

2107
Penggerak Saemaul Undong akan mengadopsi inovasi G2R Tetrapreneur yang diharapkan dapat menjadi rujukan untuk mewujudkan co-prosperity dunia. (Foto) Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. Menyampaikan Paparannya pada Kolaborasi Strategi Multi Pihak pada Kegiatan Pakerda Provinsi DKI Jakarta 2019. Dok Istimewa
Penggerak Saemaul Undong akan mengadopsi inovasi G2R Tetrapreneur yang diharapkan dapat menjadi rujukan untuk mewujudkan co-prosperity dunia. (Foto) Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. Menyampaikan Paparannya pada Kolaborasi Strategi Multi Pihak pada Kegiatan Pakerda Provinsi DKI Jakarta 2019. Dok Istimewa

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Produk desa yang kaya akan kearifan lokal dipercaya mampu mendongkrak eksistensi suatu negera.

Di Indonesia telah berkembang sebuah model wirausaha baru, yang dapat meningkatkan kemandirian dan kewibawaan produk desa menjadi ikon-ikon dunia yaitu Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur.

Inovasi konsepnya telah diinisiasi dan diimplementasikan oleh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM sejak 2018, Rika Fatimah, P.L., S.T, M.Sc, Ph.D.

G2R Tetrapreneur merupakan salah satu program unggulan Gubernur dan Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Dana Keistimewaan (Danais).

G2R Tetrapreneur merupakan gerakan gotong royong wirausaha desa berbasis 4 pilar yaitu, rantai (Tetra 1), pasar (Tetra 2), kualitas (Tetra 3), dan merek wirausaha (Tetra 4).

Kini program tersebut sudah memasuki tahun ke tiga dan semakin berkembang.

Selain itu, model G2R Tetrapreneur merupakan wujud inovasi sinergi gerakan gotong royong dan wirausaha Desa lintas kedinasan dan komitmennya bersifat multiyears.

G2R Tetrapreneur Budaya merupakan bentuk komitmen keberlanjutan Pemda DIY dalam pengentasan kemiskinan dan ketimpangan sosial di seluruh wilayah DIY. Foto: Istimewa
G2R Tetrapreneur Budaya merupakan bentuk komitmen keberlanjutan Pemda DIY dalam pengentasan kemiskinan dan ketimpangan sosial di seluruh wilayah DIY. Foto: Istimewa

Baca juga: Tular Sudarmadi: Bukan Peninggalan Sejarah, Tapi Warisan Budaya

Pada 2018, G2R Tetrapreneur mengusung 2 (dua) Desa, kemudian pada tahun 2019 dengan 7 (tujuh) Desa.

Pada tahun 2018, G2R Tetrapreneur telah dilaksanakan di Desa Wukirsari dan Desa Girirejo sebagai pilot village G2R Tetrapreneur Pelopor.

Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY, dan telah menyelesaikan Tetra 1 dengan produk unggulan dari masing-masing desa.

Memasuki tahun ke-2, program G2R Tetrapreneur bersama dengan Biro Bina Pemberdayaan Masyarakat Sekretariat Daerah (Biro Bermas Setda) DIY, telah menyelesaikan beberapa program tahapan lanjutan di Tetra 2 dengan baik.

Program-program tersebut antara lain pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) penilaian pasar, FGD penilaian rantai, penyelenggaraan bengkel tetrapreneur, pelatihan e-G2R, pelatihan kualitas, penandatanganan MoU dengan beberapa mitra terkait, pelatihan manajemen BUMDesa, dan pra-launching produk unggulan.

Selanjutnua berjalan simultan pada tahun 2019, program G2R Tetrapreneur Budaya yang diusung oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan, di 5 (lima) Desa Mandiri Budaya.

Kelimanya yaitu Desa Bejiharjo dan Desa Putat (Kabupaten Gunung Kidul), Desa Sabdodadi (Kabupaten Bantul), Desa Pagerharjo (Kabupaten Kulon Progo), dan Desa Bangunkerto (Kabupaten Sleman).

Baca juga: Sejak Kapan Kaum Ibu Dianggap sebagai Masyarakat Nomor 2 di Dunia?