Inklusifitas dan Literasi Masyarakat Jadi Kunci Agar Perbankan Syariah Tetap Eksis

312

Baca juga: Pendekatan yang Harus Dipakai untuk Menuju Budaya Tatanan Baru

“Jadi sampai kita meninggal, ekonomi masih memberikan manfaat bagi lingkungan, masyarakat. Salah satunya, bisnis berbasis halal,” ungkap lulusan Magister Manajemen dan Ilmu-ilmu Sosial UGM angakatan 1993 ini.

Sudah ada beberapa negara yang mengangkat tren bisnis halal. Mengutip dari sebuah data dari Global State Islamic of Economy tahun 2019, Abdullah menyampaika nilai dari Global Halal Economy diperkirakan bisa mencapai Rp30 ribu triliun.

Sementara di Indonesia, potensi juga cukup besar dengan perkiraan nilai yang didapatkan sebesar Rp3000 triliun.

Abdullah menyebut, ekosistem bisnis halal sejauh ini bergerak di berbagai sektor ekonomi, seperti haji dan umroh, halal cosmetics, halal media, halal tourism, halal food, modest fashion, dan halal pharmacy.

“Pemerintah telah menyetujui ekonomi syariah sebagai arus baru ekonomi. Berhubung luas pasar ekonomi syariah hanya 6 persen, maka kita harus melakukan percepatan secara anorganik,” ujar pria kelahiran 1964 ini.

Baca juga: KAGAMA Jatim Perkuat Jejaring Alumni untuk Membantu Masyarakat

Kondisi pasar yang masih jauh dari harapan itu, kata Abdullah, disebabkan literasi masyarakat Indonesia terhadap perbankan syariah masih rendah, dibandingkan literasi mereka tentang perbankan konvensional.

Abdullah memaparkan, tingkat literasi keuangan syariah hanya 8,9 persen dan literasi inklusi keuangan syariah hanya 9,1 persen.

“Untuk itu kita harus bisa meningkatkan literasi masyarakat tentang perbankan syariah, serta melebarkan inklusifitas,” jelasnya.

Menurut Abdullah, Perbankan syariah menghadapi tantangan permodalan yang relatif kecil dibandingkan bank konvensional, sehingga mereka dituntut untuk menggali dana pasar lebih tinggi.

Kemudian, para nasabah bank syariah umumnya adalah masyarakat kelas menengah. Secara tidak langsung, bank syariah menghadapi risiko kredit yang lebih tinggi, sehingga pertumbuhan laba menjadi tidak optimal.

Baca juga: Bupati Alumnus UGM Ini Fokus Tangani Karhutla di Tengan Pandemi Covid-19