Indonesia Bisa Menjadi Rumah bagi Industri Manufaktur Dunia

216

Baca juga: Belinda Ungkap Hubungan Kerusakan Hutan dengan Penyebaran Virus

Sementara itu, perusahaan-perusahaan dari Jepang ingin mencari negara penyuplai alternatif untuk komponen yang mereka butuhkan.

Negara berkembang (seperti Indonesia) pun muncul sebagai solusi karena beberapa penawaran menarik yang diberikan.

“Seperti biaya upah yang lebih rendah dan akses yang lebih cepat untuk mengembangkan pasarnya,” jelas Dubes Djauhari.

Ide relokasi pabrik ke negara berkembang yang dikemukakan oleh Dubes Djauhari disambut baik oleh Presiden Direktur dan CEO Kawasan Industri Kendal (KIK) Stanley Ang.

Stanley menyatakan bahwa KIK menjadi rumah bagi industri. Menurutnya, faktor upah, pajak, dan harga bahan baku yang rendah adalah alasan lazim dalam pemilihan lokasi industri.

Namun, adanya pandemi Covid-19 membuat industri harus melek new normal dengan menyiapkan pabriknya di lokasi lain.

“Sebab industri perlu memliki pabrik lain untuk menjaga keberlangsungan operasionalnya,” kata Stanley.

Baca juga: Rohidin Mersyah Launching Canthelan dan Kebun Pertanian KAGAMA Bengkulu Sambil Gowes

“Selain itu, pabrik juga butuh memiliki sumber rantai pasok (bahan baku) lain sebagai alternatif,” jelasnya.

Stanley lalu menyebut enam alasan mengapa investor perlu melirik KIK.

Pertama, KIK didukung oleh infrastruktur makro yang baik. Hal itu seperti dekat dengan pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.

Kedua, biaya untuk upah karyawan tergolong kompetitif. Ketiga, kaya akan Sumber Daya Manusia dan fasilitas lengkap. Keempat, KIK dikemas lengkap sebagai one stop solution.

“Kelima, kami menyediakan infrastruktur mikro yang cukup lengkap seperti pengolahan air siap konsumsi dan aliran listrik,” ucap Stanley.

“Keenam, KIK berada di wilayah ekonomi dan pajak khusus,” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: Gubernur BI Perry Warjiyo Sebut 4 Kunci agar UMKM Makin Siap Pasca Corona