I Made Andi Arsana: Terima Kasih Masa Lalu

2666

Alhasil, ia berhasil menyelesaikan S1 dan mendapatkan beasiswa di Australia untuk S2 dan S3, bahkan ia bisa berkeliling di 4 benua.

“Cara pertama untuk membangun mimpi itu adalah bangun dari tidur. Kemudian tanyakan pada diri kita sendiri, mau jadi apa kita nantinya,” ungkap Andi.

Suka Menulis

Sepulang dari menuntut ilmu, ia manfaatkan pengetahuan di luar negeri untuk dijadikan cerita dan pengalaman dalam sebuah buku.

Buku Batas Maritim, Beyond Border, kumpulan tulisan di Jakarta Post, Berguru ke Negeri Kangguru, dan Inspirasi Empat Musim adalah sebagian buku yang pernah ia hasilkan selama belajar di luar negeri.

Buku-buku yang dihasilkan adalah buah dari menulis pelan-pelan di laman blog nya.

“Saya punya target juga tahun ini ada satu buku,” terangnya.

Menurut Andi, pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting saat ini.

Informasi beasiswa yang banyak dapat dimanfaatkan untuk memperoleh ilmu, seperti beasiswa dari Australia yang sedari tahun 60-an sudah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia.

Lulusan S3 di University of Wollongong, Australia ini memiliki cara dalam memompa semangat belajar, yakni dengan memberikan reward kecil untuk diri sendiri.

Hal inilah yang membuat energi positif mengalir dalam dirinya.

Kepala Kantor Urusan Internasional, UGM dan Pembina Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma dan Unit Tari Bali ini mengaku tak banyak punya pengalaman dan prestasi ketika menjadi mahasiswa.

“Saya awal-awal dulu tidak ada pengalaman, hanya bermodal karya skripsi saja. Paper dan jurnal pun tidak ada,” imbuhnya.

Akan tetapi, dengan tekad dan mimpinya ia mampu melangkah lebih jauh dari keterbatasannya.

Sekarang, I Made Andi Arsana sudah merasakan manisnya dalam berjuang.

Perwakilin Indonesia untuk Program ASEAN International Mobility for Students dan pernah menjadi Dosen Terinspirasi ini selalu semangat dalam memberikan pengalaman kepada para mahasiswanya.

Masa kecil yang sederhana telah membentuk kepribadian seorang Andi untuk saling berbagi dan mengabdi.

“Saya ingat ketika mencuci piring di sungai, itu seusai sandiwara radio Saur Sepuh dan sebelum sandiwara radio Misteri Gunung Berapi. Kami saling berbagi cerita waktu itu,” ingatnya.

Dalam pengalamannya, Andi juga pernah menjadi anggota Tim Pakar Penanganan Penetapan Batas Maritim RI dengan Negara Tetangga (2018) dan pernah menjadi penasihat Presiden Somalia.

“Kita bisa berterima kasih dari masa depan ke masa lalu ternyata. Itu terjadi karena kita selalu gagal memprediksi masa depan di masa kini,” tutupnya. (Sirajuddin)