Hobi Menulis Buku Antologi di Luar Kesibukan Mengajar

886

Baca juga: KAGAMA Membangun Papua Sejak 1982

Besar harapan suaminya agar Rani mampu menempuh studinya dengan lancar.

Di samping itu, pengorbanan Rani terhadap keluarga juga menjadi tidak sia-sia.

Untuk melampiaskan rasa rindunya saat berada di Jepang, Rani meluangkan waktunya untuk menulis.

Kala itu, dia mengikuti lomba menulis essai tingkat nasional dan menjadi salah satu pemenang.

Tulisan Rani bersama pemenang lainnya diterbitkan dalam bentuk buku antologi.

Ya happy aja sih, mencari kesibukan dengan menulis, biar nggak terlalu ingat rumah. Sampai sekarang ya masih nulis. Terakhir ada teman yang kerja di penerbit menawarkan juga. Nulis dan kirim saja, nothing to lose dengan hasilnya,” ungkap Rani.

Menulis, kata Rani, menjadi kesempatan baginya untuk sharing pengalaman.

Menurutnya, tidak semua orang bisa mengenal pribadi seseorang dengan baik.

Baca juga: Ketua ADINKES, Krisnajaya: KAGAMA dapat Banyak Berperan untuk Pemerataan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Untuk itu, Rani menuangkan cerita hidupnya ke dalam tulisan yang kemudian menjadi buku, karena media ini punya peran untuk merekam jejak kehidupan seseorang.

“Entah kenapa bisa menang. Padahal ya Saya nulis ini juga sambil lalu. Cuma cerita pengalaman Saya ketika kuliah di Jepang, tentang pengorbanan keluarga, dan sebagainya,” ujar Rani menyampaikan inti dari buku yang ditulisnya.

Sebanyak 7 judul buku antologi yang sudah ditulis Rani bersama kawan-kawannya sejak 2010 hingga 2017.

Buku-buku tersebut yakni Cenat-cenut Matematika, Pengorbanan, 25 Kisah 16 Negara, Ketika Jodoh Menghampiri, Puzzle Jodoh, Bunga Rampai Selingkuh, Belajar Dari Semesta, dan Komedi Putar.

Sejak itu pula Rani bergabung dengan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IDN), sampai saat ini.

Memahami Milenial Ketika Mengajar

Menekuni profesi dosen di masa kini menjadi tantangan tersendiri bagi Rani.

Dia harus memahami milenial yang memiliki karakteristik berbeda dengan generasi sebelumnya.

”Mahasiswa sering Saya suruh untuk mencari sumber belajar dari gadget-nya. Kami juga paham bahwa mahasiswa saat ini bosan dengan metode penyampaian materi yang hanya menggunakan slide saja. Perlu ada pembaruan, misalnya menyampaikan materi dalam bentuk animasi atau video,” pungkasnya. (Kinanthi)

Baca juga: Cerita Bambang Purwoko Mendidik dan Tinggal Bersama Anak-anak Papua