Hidup di Luar Tempurung ala Jangkung

1577

Baca juga: 38 Mahasiswa Asing Belajar Pertanian di UGM

Selepas lulus kuliah S1, ia mengabdikan diri sebagai dosen di almamaternya  dan melanjutkan pendidikan S2 di Faculty of Business, Economics and Law, The University of Queensland, Australia.

Selepas dari Australia, ia beranjak menuju Jepang, tepatnya di Kobe Jepang untuk menempuh S3 di bidang ekonomi pembangunan dan kebijakan pada Department of Economic Development and Policy, GSICS, Kobe University, Japan.

Sepulangnya dari Jepang ia diminta untuk menbantu berberapa hal di fakultasnya, termasuk menjadi ketua jurusan pada 2007.

Tak berhenti di sana, kesuksesannya mengelola jurusan membuatnya dipercaya menjadi Wakil Dekan Bidang Akademik sampai tahun 2012.

Kiprah Jangkung berlanjut, dan kini ia kembali dipercaya sebagai ketua di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian sejak 2016 hingga saat ini.

Baca juga: Tentang Fresh Graduate yang Menolak Gaji Rp 8 Juta dan Persoalan Dunia Kerja Mereka

Kesibukannya di jabatan struktural tak membuatnya berhenti melakukan banyak penelitian.

Menurutnya setiap tahun ia biasa melakukan penelitian sebanyak 4 hingga 5 penelitian dengan dibantu timnya.

Selain itu ia juga terus menjalankan kewajiabannya mengajar di kelas.

Di strata satu ia mengajar mata kuliah ekonomi mikro, ekonomi makro, ekonomi sumber daya alam dan lingkungan, pemasaran pertanian, dan kewirausahaaan.

Selain itu, ia juga mengajar di pasca sarjana, program S2 dan S3.

Baca juga: Langkah Dubes Djauhari Tingkatkan Ekspor Indonesia ke Tiongkok

“Selain dunia ekonomi dan pertanian, saya banyak tertarik ke politik, terutama ekonomi politik. Karena itu sangat berhubungan dengan dunia yang saya geluti. Kebijakan politik pasti berdampak ke ekonomi dan pertanian. Ada irisan dengan bidang yang saya tekuni,” ungkap Jangkung.

Ketika disinggung mengenai mahasiswa-mahasiswanya, ia langsung tampak sumringah.

Baginya, mahasiswa hari ini kualitasnya lebih baik dari eranya, karena banyak fasilitas yang memudahkan untuk mengakses materi belajar.

Menurutnya sumber belajar sangat banyak dan gratis. Modal yang dikeluarkan oleh mahasiswanya hari ini hanya kemauan dan semangat belajar.

“Media sosial itu penting. Misalnya untuk membangun jaringan, memperkaya wawasan dan keilmuan, bahkan bisa untuk berbisnis. Mahasiswa jangan sampai waktunya habis hanya untuk bermedsos. Hari ini yang penting adalah rajin belajar, aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan berpikir kreatif,” ucap Jangkung.

Baca juga: Liburan Semester ala Mahasiswa Jadul UGM; Dari Upacara, Bar Mini, hingga Menggelar Pernikahan

Sebagai bagian dari UGM, Jangkung berharap ke depannya UGM tetap dihormati oleh banyak pihak.

Menurutnya UGM adalah perwujudan dari miniatur cita-cita persatuan Nusantara.

Itu digambarkan dengan alumni-alumni UGM yang menurut Jangkung selalu siap ditempatkan di mana saja.

“Jangan sampai UGM dikooptasi oleh satu kepentingan tertentu. UGM dilahirkan untuk kesejahteraan  dan persatuan Nusantara,” tandasnya.

Semua alumni, kata Jangkung, boleh pakai baju macem-macem dalam menjalani pengabdiannya, tetapi  warna dasar dan coraknya adalah tunggal yaitu UGM.

“Jati diri UGM menjadi dasar berpijak dalam menekuni  profesi dan pengabdian kepada bangsa dan negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika,” pungkas Jangkung. (Thovan)

Baca juga: KKN UGM Kembangkan Rasau Jaya sebagai Kawasan Perkotaan Baru