Hidup di Luar Tempurung ala Jangkung

1577

Baca juga: Apa Saja Prospek Kerja Lulusan Teknik Pertanian dan Biosistem UGM?

Ia dan kawan-kawannya kala itu berhasil mengumpulkan 30 perwakilan dari berbagai universitas di Indonesia untuk melakukan musyawarah pembentukan POPMASEPI.

“Waktu itu di tahun 90 an bagi kami mengumpulkan 30 perwakilan universitas yang merepresentasikan Indonesia merupakan prestasi tersendiri, karena komunikasi tidak semudah sekarang, paling cuma menggunakan fax atau telepon rumah atau kantor,” ungkap Jangkung sembari terus mengingat momen bersejarah tersebut.

Jangkung muda  kemudian diberi  amanah sebagai sebagai Ketua Umum DPP POPMASEPI, dan itu memberi pengalaman penting baginya dalam mengasah kemampuan networking  dan  sekaligus leadership-nya.

Menurutnya, hingga kini komunikasi antar anggota POPMASEPI masih terus terjalin.

Itu terbukti ketika ia berkunjung ke berbagai daerah sering disambut oleh rekan-rekannya di POPMASEPI, baik yang aktif sebagai dosen, di lingkungan birokrasi dan berbagai profesi lainnya.

Baca juga: PIAT UGM Majukan Pertanian Lewat Teknologi Tepat Guna dan Kunjungan Edukasi

Selain bergiat di organisasi Jurusan, Jangkung juga masih terus mengingat kala ia dan beberapa rekannya mahasiswa UGM melakukan berbagai penelitian dan advokasi lapangan.

Salah satunya yaitu penelitian tata niaga cengkih. Ia menuturkan saat itu tak banyak mahasiswa (selain mahasiswa UGM_red) yang berani melakukan penelitian mengenai bisnis perdagangan cengkih, sebab dinamika sosial politik yang kurang memungkinkan.

“Waktu itu yang berani meneliti cuma UGM, ya  mahasiswa UGM. Senat Mahasiswa UGM yang mengkoordinasikan riset saat itu, ketuanya adalah Anies Baswedan,” ungkap Jangkung.

Dari Fakultas  Pertanian, ada 4 orang mahasiswa, salah satunya adalar Jangkung.

Mahasiswa dari berbagai fakultas juga mendukung dan terlibat penuh dalam tim, yaitu mahasiswa  Fakultas Ekonomi, Filsafat, Hukum, dan beberapa lainnya.

Selain bergiat di organisasi Jurusan, Jangkung juga masih terus mengingat kala ia dan beberapa rekannya mahasiswa UGM melakukan berbagai penelitian dan advokasi lapangan. Foto: Humas UGM
Selain bergiat di organisasi Jurusan, Jangkung juga masih terus mengingat kala ia dan beberapa rekannya mahasiswa UGM melakukan berbagai penelitian dan advokasi lapangan. Foto: Humas UGM

Baca juga: Memaksimalkan Lahan Sempit untuk Pertanian Produktif

Jangkung dan tim melakukan riset di sentra produksi cengkeh. Ada rekan mahasiswa yang ditugaskan meneliti di Lampung, Menado dan Malang.

“Saya kebetulan ditugaskan meneliti di Manado,” ujarnya.

Tidak Harus Demo

Menurut penuturannya, saat itu salah satu anggota tim peneliti di Lampung sempat dibuntuti oleh seseorang yang tidak dikenal.

Sedangkan di lokasi ia ditempatkan, ia mengaku masyarakat mendukung penuh penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UGM.

“Dulu di sana penduduknya antusias. Mereka sering bilang, pak ayo kapan demo, begitu. Dulu taruhannya keselamatan,” ungkap Jangkung diiringi tawanya.

Menurut Jangkung, pada zaman itu ia dan rekan-rekannya meyakini bahwa gerakan mahasiswa tidak  harus diekspresikan hanya melalui demo, tetapi juga bisa diaktualisasikan melalui aktivitas penelitian.

Ia juga menambahkan pentingnya duduk bersama antar bidang keilmuan yang berbeda agar dapat saling mengisi dalam membangun gerakan mahasiswa.

Baca juga: UGM Gandeng Korsel Kenalkan Mesin Pertanian Modern ke Petani Madiun

Walaupun aktif di beberapa kegiatan, Jangkung tak pernah lupa kewajibannya dalam menyelesaikan kuliah.

Seperti mahasiswa UGM lainnya, salah satu yang harus Jangkung jalani saat itu adalah KKN.

Ia mengaku ditempatkan di salah satu daerah agak  pelosok di Kabupaten Jepara.

Walaupun akses menuju lokasi yang agak sulit, ia merasa tak keberatan dan justru menikmati masa pengabdiannya kala itu.

“Saya masih ingat itu, waktu KKN ngajar di SD yang peringkat ujiannya itu nomor 2-3 dari bawah di level kecamatan. Akhirnya kami semua anak-anak KKN UGM melatih adik-adik murid SD, kami bawakan soal-soal latihan dari Jogja dan hasilnya bisa 5 besar di tingkat kecamatan,” kenang Jangkung.

Baca juga: Selain Kampus dan Jurusan, Ini yang Perlu Dipikirkan Sebelum Kuliah di Luar Negeri