Hendri Saparini Ajak Milenial Bangun Wirausaha Sosial Berdayakan Petani

172
Menurut Hendri Saparini, revitalisasi industri menjadi agenda penting untuk menyelesaikan antara lain masalah rendahnya pertumbuhan manufaktur, ketergantungan terhadap bahan baku impor yang tinggi, dan penciptaan lapangan kerja terbatas. Foto: Taufiq
Menurut Hendri Saparini, revitalisasi industri menjadi agenda penting untuk menyelesaikan antara lain masalah rendahnya pertumbuhan manufaktur, ketergantungan terhadap bahan baku impor yang tinggi, dan penciptaan lapangan kerja terbatas. Foto: Taufiq

KAGAMA.CO, MEDAN  Founder dan Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Hendri Saparini, Ph.D mengatakan, Indonesia memiliki pekerjaan rumah besar untuk mendorong pertumbuhan manufaktur di era digital.

Hal tersebut dia sampaikan dalam seminar Millenial Fest Industry 4.0 bertajuk “Kaum Milenial dan Industri 4.0” pada Jumat (4/10/2019) di Ballroom Hotel Adimulia, Kota Medan.

Revitalisasi industri, kata Hendri, menjadi agenda penting untuk menyelesaikan antara lain masalah rendahnya pertumbuhan manufaktur, ketergantungan terhadap bahan baku impor yang tinggi, dan penciptaan lapangan kerja terbatas.

Di sisi lain, sumber daya yang beragam baik sumber daya alam, manusia dan budaya serta pasar yang luas tetap menjadi potensi besar bagi Indonesia untuk mengembangkan bisnis yang telah ada maupun bisnis-bisnis baru berbasis digital.

“Kemajuan infrastruktur digital dan pembangunan berbagai hard dan soft infrastructure secara masif telah membantu memberikan solusi bagi calon wirausaha,” ujarnya.

Para pembicara berfoto bersama jajaran pengurus PP KAGAMA dan Pengda KAGAMA Sumatera Utarta. Foto: Taufiq
Para pembicara berfoto bersama jajaran pengurus PP KAGAMA dan Pengda KAGAMA Sumatera Utarta. Foto: Taufiq

Baca juga: Millenial Fest Industri 4.0 Siapkan SDM Sumatera Utara Unggul dan Berdaya Saing

Modal tersebut, menurut Hendri merupakan peluang bagi generasi milenial untuk membangun kewirausahaan sosial guna mendorong pembangunan ekonomi inklusif.

“Supaya dapat mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

Dosen Universitas Gadjah Mada itu bercerita, saat ini para muda di berbagai negara ikut bergiat melakukan transformasi untuk memenangkan persaingan global.

Dengan perubahan lingkungan global dan domestiknya, Jepang, Amerika, Tiongkok, Korea, misalnya, memilih strategi yang berbeda untuk menemukan kekuatan ekonominya agar tetap berdaya saing.

“Indonesia dengan berbagai potensi daerahnya bisa dijadikan peluang. Pulau Bangka dan Belitung merupakan pusat rempah penting dunia, yakni lada hitam. Permintaan dunia untuk lada hitam menjadi peluang bagi kita untuk mengembangkan ekspor maupun bahan baku untuk membangun produk turunan,” papar Hendri.

Baca juga: Koesnadi Lelang Pulpen Tua Demi Bangun Wisma KAGAMA