Hal yang harus Dilakukan untuk Menghilangkan Konstruksi Gender di Tubuh TNI

372

Baca juga: Pengurus KAGAMA Jateng Ini Jelaskan Nilai-nilai Kewarganegaraan dalam Olahraga Lempar Pisau dan Kapak

“Peresmian ini merupakan bagian dari implementasi menghindari jalur patriarki dalam tubuh TNI,” kata Edwi, yang meraih gelar sarjana dari FISIPOL UGM pada 1994.

“Hal yang diamanatkan Presiden Soekarno pada waktu itu dan didukung Kongres Perempuan Indonesia (Kowani),” sambungnya, mengutip Handayani (2008).

Saat Abdurrahman Wahid menjabat sebagai presiden, keputusan penting di tubuh TNI diambil.

Yakni memberikan kesempatan sama kepada perempuan untuk memperoleh pendidikan di Akmil, AAU, AAL, dan Akpol.

Perempuan jebolan empat institusi tersebut menyandang gelar perwira.

Baca juga: Upaya Bupati Seno Samodro dalam Mendukung Petani Boyolali Selama Pandemi Covid-19

Sama dengan perwira lulusan sekolah reguler: Secapa (Sekolah Calon Perwira), Secaba (Sekolah Calon Bintara, dan Secatam (Sekolah Calon Tamtama) perempuan.

Hanya, yang jadi pertanyaan bagi Edwi adalah apakah perempuan benar-benar telah mendapat porsi sama dalam karier mereka di tiga matra TNI?

Hal ini dilontarkan Edwi karena beberapa petinggi TNI masih mengisyaratkan bahwa perempuan di TNI masih dihargai sesuai kodratnya.

“Meskipun pernyataan tersebut logis, secara tidak langsung menunjukkan bahwa ada perbedaan konstruksi gender di dalamnya,” ujar Edwi.

“Penugasan dan karier perempuan dalam posisi elite struktur TNI tampaknya hingga kini masih menunjukkan ketimpangan,” bebernya.

Baca juga: Ganjar Pranowo: Krisis Pangan Masyarakat Bisa Dibereskan KAGAMA Melalui Gerakan Canthelan