Hadapi Pandemi, Antropolog UGM Ajak Masyarakat Belajar Ketangguhan Sosial-Ekonomi Para Petani di Desa Petung

933

Baca juga: Almarhum Prof. Hartono di Mata Kolega: Tegas, Amanah, dan Senang Berbagi

Petani Petung saat itu juga mulai mengadposi bibit unggul yang hasilnya melimpah.

“Kondisi sosial-ekonomi Petung semakin meningkat setelah adanya perbaikan jalan Doro-Petung pada tahun 1990-an. Pembukaan isolasi secara geografis ini memungkinkan para pemuda mengakses pekerjaan di sektor jasa dan industri di kota, sehingga tenaga kerja di Petung mulai berkembang produktivitasnya,” tuturnya.

Pujo menyebut, berkat ekonomi cagak telu, kini Desa Petungkriyono menjadi desa yang makmur. Warga sudah hidup nyaman di rumah tembok dengan lantai keramik, memiliki alat-alat elektronik rumah tangga, alat komunikasi jarak jauh, kendaraan, dan sebagainya.

“Keberadaan sepeda motor meringankan pekerjaan fisik para petani, ini menjadi tanda kemakmuran yang paling mencolok dari warga Desa Petung. Rumput seberat 100 kg tidak lagi dipikul dua kali, melainkan diangkut dengan motor satu kali jalan,” ujar lulusan Ateneo de Manila University, Philippines ini.

Ketangguhan sosial-ekonomi rumah taggga petani, kata Pujo, terlihat saat ada tekanan pandemi Covid-19.

Baca juga: Aksi Solidaritas KAGAMA Balikpapan untuk Tenaga Non Kesehatan Rumah Sakit

Para pekerja proyek di kota-kota besar dipulangkan. Selama dua bulan, ekonomi desa menjadi lesu.

Namun, setelah lebaran, para pekerja proyek kembali bekerja di kota dan situasi ekonomi desa mulai mereda.

“Dibandingkan 40 tahun yang lalu, angka perceraian di Desa Petung relatif menurun. Ketangguhan sosial-ekonomi warga Petung tidak hanya dibentuk oleh relasi ekologi.”

“Tetapi, juga oleh relasi ekonomi-politik mereka yaitu, konsep dan ikhtiar sosial guna menentukan hak milik warga terhadap sumber daya, strategi mendapatkan hak milik, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk itu,” terangnya.

Para petani kemudian menerapkan konsep brayan dan sakpada-pada guna mencegah kekuasaan politik-ekonomi di satu warga, sekaligus mencegah adanya warga yang kehilangan akses terhadap faktor produksi, dan ruang untuk berpendapat.

Baca juga: Pesan Dokter RSA UGM bagi Orang Yang Melakukan Karantina Mandiri di Rumah