Baca juga: Antropolog UGM Ungkap Alasan Kerajaan Mataram Datangkan Orang Kalang
“Langkah bertahap itu dilakukan dengan melihat varian kurva dari indeks angka reporduksi kasus Covid-19, R0 maupun Rt di setiap wilayah secara mandiri,” tutur alumnus Teknik Geologi UGM ini.
Pemerintah menegaskan agar protokol kesehatan diberlakukan secara ketat saat mengawal normal baru. Kemudian juga yang tak kalah penting adalah menerapkan sejumlah aturan pada setiap bentuk aktivitas masyarakat dengan ketat.
Hal ini dilakukan untuk menjaga tingkat reproduksi kasus (Rt) tetap terkendali dibawah angka 1, yang artinya perkembangan kasus melambat dan bahkan menurun signifikan.
Tetapi, menurut Sulastama upaya ini tak mudah dilakukan, karena kenyataan di lapangan seringkali berbeda dengan skenarionya. Sebagian masyarakat kerap kali abai terhadap penerapan protokol kesehatan.
“Secara tidak langsung perilaku ini menjadi ancaman bagi kebijakan normal baru.”
Baca juga: Tiga Alumnus Fakultas Teknik UGM Isi Kursi Jajaran Direksi PT Pembangkitan Jawa Bali
“Untuk itu, penting bagi seluruh elemen masyarakat untuk berdiskusi mengenai upaya yang harus dilakukan untuk menyikapi situasi semacam ini,” tandasnya.
“Kemudian memastikan adanya kebijakan penegakkan disiplin dan kepatuhan masyarakat untuk mengikuti protokol kesehatan. Apakah pemerintah hanya memiliki konsep law enforcement saja?” tanya Sulastama.
Menurut Sulastama, diskusi ilmiah terkait penerapan psikologis menjadi menarik. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan potensi mengelola perubahan perilaku (behavior change, modification and management).
Hasil diskusi akan bermanfaat bagi rumusan atau gambaran tentang budaya perilaku yang baru, yang sesuai dengan tatanan kehidupan era baru.
“Berangkat dari hal tersebut, KAGAMA dan UGM berkolaborasi menggelar berbagai kegiatan sinergis untuk membahas isu-isu yang sedang berkembang,” jelasnya.
Baca juga: KAGAMA Pekanbaru Jalin Kerja Sama dengan Pemkot Setempat untuk Atasi Dampak Corona
