Gubernur Bank Indonesia Alumnus UGM Sebut Pelemahan Rupiah Bersifat Sementara

282
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan alasan mengapa mata uang rupiah mengalami pelemahan nilai. Foto: Portonews
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan alasan mengapa mata uang rupiah mengalami pelemahan nilai. Foto: Portonews

KAGAMA.CO, JAKARTA – Dalam beberapa waktu terakhir mata uang rupiah mengalami pelemahan nilai tukar.

Menurut data yang didapat dari XE.com, per hari ini Jumat (27/3/2020) satu Dolar Amerika Serikat setara dengan Rp16.077,49.

Sebelum mencapai nilai yang sekarang, pelemahan rupiah terhadap dolar terlihat mulai menanjak pada pekan keempat bulan Februari.

Fenomena ini membuat sebagian pihak khawatir bahwa krisis moneter 1998 akan kembali terulang di Indonesia.

Yakni ketika satu dolar AS pernah menyentuh nilai setara Rp17 ribu

Baca juga: Yuk, Bantu Pedagang Bonbin di Tengah Wabah Covid-19

Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan bahwa situasi saat ini berbeda dari krisis moneter Asia 1998.

Bahkan juga berbeda dari krisis finansial global 2008 saat kurs rupiah menjadi Rp11.711 per dolar AS.

Hal terebut dinyatakan alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM itu pada Kamis (26/3/2020).

“Kondisi yang terjadi saat ini bersumber dari aspek kemanusiaan karena pandemi Covid-19,” kata Perry, melansir laman resmi Bank Indonesia.

“Hal ini kemudian berdampak ke sektor ekonomi dan keuangan secara global,” ucapnya menyambung

Baca juga: Genius Umar Akui Ilmu-ilmu dari UGM Bermanfaat Bagi Tugasnya sebagai Walikota Pariaman