Gua Kiskendo Simpan Kisah Peperangan Raksasa Zaman Ramayana

1787

Baca juga: Alumnus Farmasi UGM Ungkap Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengkonsumsi Obat Herbal

Namun, saat itu Sugriwa melihat darah merah dan darah putih mengalir bersama. Sejak saat itu, Sugriwa mengira Subali telah mati. Bergegaslah dia menutup pintu goa dan melaporkan kabar tersebut kepada kahyangan.

Alhasil Sugriwa yang berhasil meminang Dewi Torokasih. Namun, ternyata Subali berhasil memenangkan pertarungannya, Mahesasura dan Lembusura berhasil dikalahkan. Darah merah dan putih yang bercampur itu merupakan darah kematian mereka berdua.

Dengan kekuatan andalannya, Ajian Pancasona, Subali berhasil keluar dari gua tersebut. Daya ajian ini menembus keluar dari gua sejauh 800 meter dari bawah ke atas.

Mendapati Sugriwa yang akhirnya menikahi Dewi Torokasih, Subali jadi salah paham. Sugriwa meminta Prabu Rama untuk membalaskan dendamnya dengan memanah Subali, hingga akhirnya Subali gugur.

Seluruh cerita sejarah itu telah terukir pada relief yang terletak di bagian luar Gua Kiskendo. Dinding relief tersebut dibuat oleh sekelompok seniman pada tahun 1980.

Baca juga: Musisi Jebolan UGM: Masa Pandemi Jadi Momen Reflektif bagi Pekerja Kreatif

Kedalaman gua yang mencapai 800 meter itu konon katanya akibat daya kekuatan Ajian Pancasona milik Sugriwa.

Gua yang sudah ada sejak 1920 ini, dulu kerap menjadi pusat kegiatan bertapa bagi para leluhur. Sampai akhirnya dikelola dengan baik dan menjadi obyek wisata geopark.

Panjang gua mencapai 600 meter dengan jalan yang bercabang. Wisatawan bisa meminta pemandu untuk menuntunnya menjelajah gua. Disarankan bagi wisatawan untuk membawa lampu penerangan pribadi, karena pencahayaan di gua remang dan gelap.

Di dalam gua, ada beberapa tempat pertapaan, yakni Pertapaan Tledek, Kusuma, Padasan, Sabtri Tani, Semelong, Selumbung, dan Lumbung Kampek. Disarankan pagi pengunjung untuk tetap sopan dan mengindahkan aturan kunjungan yang berlaku.

Area di luar gua cukup luas, tersedia beberapa tempat duduk untuk bersantai sebelum menuji ke mulut gua. Luas dan bersihnya kawasan gua, juga dimanfaatkan oleh pengelola wisatawan untuk dijadikan sebagai bumi perkemahan.

Baca juga: Dokter Paru RSA UGM: Tak Masalah Menggunakan Masker Saat Berolahraga