Baca juga: Indonesia dan Tiongkok Tingkatkan Kerja Sama Investasi dan Pariwisata
Namun, hal yang membuat prosesnya lama adalah tuntutan kehati-hatian yang lebih.
Yakni lelehan malam yang digoreskan mesti menyesuaikan peta bentuk/contour kayu pada masing-masing gitar.
Awalnya waktu yang diperlukan untuk membatik gitar bisa sampai dua kali lebih lama daripada membatik kain.
Kongko pun memperkirakan untuk menyelesaikan satu purwarupa dari bass gitar pertamanya itu perlu waktu 30 tahun (1964-1994).
Rinciannya mulai dari pengadaan bahan, perencanaan, pembuatan, dan perbaikan secara terus menerus dan berulang-ulang bahkan banyak yang tidak berhasil alias gagal.
Dari sinilah cikal bakal gitar dan bass batik G&B tercipta.
Baca juga: Menlu Retno Marsudi Dorong Keterlibatan Perempuan dalam Demokrasi
Kemunculan Ide, Keunikan, dan Dapur Produksi
CEO G&B, Putri Sulistyowati, yang juga arsitek dan merupakan anak ketiga (bungsu) Kongko, mengatakan bahwa ide membatik di gitar merupakan saran dari sang ibunda.
Dalam rilis Republika (26/8/2016), Putri mengisahkan sang ibu, Tatik Kongko, menelepon Kongko soal ide membatik gitar.
Ide yang terbersit di benak istri Kongko tersebut muncul setelah dirinya berjalan-jalan ke kampung halamannya di Yogyakarta.
Tatik melihat ada banyak karya seni yang melibatkan polesan batik antara lain di Sanggar Punakawan. Seperti topeng, hiasan dinding, dan kaca.
Meski begitu, Putri menegaskan bahwa gitar kreasi Ayahnya juga tidak melupakan fungsi dasarnya sebagai alat musik.
Dia menyatakan bahwa gitar yang dibatik telah memenuhi syarat dengan standar tinggi.
“Ketika jadi, itu sangat merepresentasikan kebudayaan atau kearifan lokal Indonesia. Itulah yang benar-benar ingin kami tonjolkan,” tutur Putri.
Baca juga: Mimpi Penerima Beasiswa BPD DIY, Ingin Kuliah ke Belanda