KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pelaku usaha sejatinya sudah harus memiliki mental baja menghadapi krisis. Di masa pandemi Covid-19 ini, para pelaku usaha bekerja keras untuk bertahan hidup.
Menurut dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Boyke Rudy Purnomo, Ph.D., seorang pelaku usaha selalu memiliki insting untuk bertahan. Para pelaku usaha sudah pasti memiliki jiwa yang tangguh.
“Masa pandemi itu bagai dua sisi mata uang. Tetapi, banyak orang lebih melihat sisi negatifnya. Padahal di bidang bisnis, ada peluang di situasi ini.”
“Nah, ketangguhan seorang pelaku usaha itu bisa dilihat bagaimana dia menikmati kondisi krisis, di saat yang sama tidak larut dalam penderitaan dan segera bangkit,” tuturnya.
Hal ini dia sampaikan dalam diskusi Menyiapkan Kenormalan Baru Pasca Pandemi Covid-19, yang digelar oleh UGM, pada Rabu (9/6/2020) secara daring.
Baca juga: Pesan Ketua IAI Alumnus Farmasi UGM kepada Apoteker di Seluruh Indonesia
Boyke menjelaskan, pelaku usaha di masa krisis biasanya bangkit dengan memanfaatkan segala modal dan sumber daya yang dimilikinya.
Ketangguhan semacam inilah yang dibutuhkan, bahkan tidak hanya untuk para pelaku usaha, tetapi juga semua orang.
Bagi sektor usaha yang membutuhkan mobilitas tinggi, pelaku usaha harus memiliki ketangguhan lebih. Karena di masa pandemi, sektor inilah yang menerima imbas paling besar.
Selain sektor usaha, pola konsumsi masyarakat juga terkena imbas. Menurutnya, kini masyarakat cenderung mengutamakan kebutuhan pokok dan menahan kegiatan yang konsumtif.
“Untuk itu, bisnis transportasi dan pariwisata macet. Korporasi besar seperti sektor pertambangan dan konstruksi pun juga mengalami hal yang sama.”
Baca juga: Perlu Pengembangan Produk Lokal dan Mekanisasi Pertanian untuk Bertahan di Masa Krisis
