Frankie Handoyo Butuh Waktu 9 Tahun Buru 410 Spesies Anggrek Indonesia

1360

Baca juga: OK. AdiGita Gama, Wadah Para Mantan Aktivis Gelanggang Bermain Keroncong

Beranjak ke acara inti, sang penulis buku Orchid of Indonesia Vol 2, Frankie Handoyo bercerita tentang bagaimana proses menghimpun data.

Dia mengatakan butuh waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan buku seri keduanya ini.

Dihitung dari rilis volume pertama yang mengambil waktu 2010, ada rentang sembilan tahun hingga buku volume kedua terbit pada 2019.

Dalam kurung waktu sembilan tahun tersebut, Frankie mengaku hanya mampu mengumpulkan 410 spesies plus dua natural hybrid (persilangan alam) anggrek.

Berbeda dari buku volume pertama ketika dia bisa menemukan 562 spesies yang dicetak dalam 325 halaman.

Nah, ada cerita menarik mengapa Frankie lama membikin buku Orchid of Indonesia vol 2 yang punya 212 halaman.

Pria ini mengatakan bahwa kendala terbesarnya adalah proses pengumpulan foto.

Baca juga: Hobi Nongkrong di Perpustakaan Sejak Kuliah, Alumnus Fisipol UGM Ini Galakkan Budaya Literasi di Purworejo

“Saya mesti berkeliling ke seluruh Indonesia untuk mendapatkan foto,” kata Frankie kepada audiens.

“Bahkan, Saya mesti naik gunung delapan jam untuk mendapatkan satu foto. Kadang, Saya datang saat belum berbunga, kadang juga kedatangan Saya telat dua atau tiga hari kerena sudah berbuah,” tutur Frankie, berkisah.

Frankie berujar, proses penghimpunan foto dengan berkeliling Indonesia berhubungan dengan waktu dan biaya.

Hal itu seperti saat dia terbang ke Sulawesi yang berharap pulang membawa 20-an foto.

Bahkan, kata Frankie, bisa jadi membawa pulang 30 foto. Sayang, ekspektasinya tak dapat terpenuhi karena satu hal.

“Pada saat sampai di Sulawesi, Saya menjumpai sewa kendaraan yang mahal, pemandunya mahal,” kata Frankie.

“Lantas, ternyata, saat bunganya mau Saya foto: Ah, ini sudah punya, ini juga sudah keluar di volume 1. Alhasil, seminggu Saya di Sulawesi, yang harapannya dapat 20 foto, cuma dapat separuhnya,” kenang Frankie.

Pernah pula suatu ketika Frankie diajak mampir untuk melihat anggrek yang katanya baru diambil dari suatu hutan ke rumah temannya di Malang.

Setelah  bertolak ke Malang, ternyata anggrek yang hendak dijepret sudah dimiliki Frankie gambarnya.

Dia pun menyadari, mengumpulkan 410 jenis anggrek Indonesia dalam waktu sembilan tahun bukan urusan yang gampang.

Lain foto, lain pula cerita soal pencetakan. Frankie mengaku mengalami kendala saat memindahkan draft karyanya yang ditulis via Microsoft Word, hasilnya kerap melenceng ketika dipindahkan ke software Desktop Publishing.

“Kami kesusahan menyampaikan isi kepada orang yang paham Desktop Publishng. Jadi sering isi buku itu tidak sesuai,” katanya. (Tsalis)

Baca juga: Sosiolog Kriminal UGM Angkat Bicara Soal Klitih di Yogyakarta