Falsafah Jawa dalam Menari Jadi Senjata Dubes Kenssy Berdiplomasi

556

Baca juga: Inilah Perkumpulan Ngelih Siji Ngelih Kabeh yang Semarakkan Nitilaku UGM 2019

Bahkan, aktivitas menari berlanjut ketika wanita dengan dua orang anak ini bergabung ke Deplu (Departemen Luar Negeri) mulai 1986.

Suatu hari pada 1990, Kenssy yang saat itu berusia 31 tahun, mesti terbang ke Roma, Italia, untuk memenuhi satu tugas dari Deplu.

Kedutaan Besar Indonesia di Italia kala itu menyerahi dia amanah sebagai Third Secretary of Consular Affairs.

Selama di Roma itulah dia mulai memberanikan diri mengusung misi budaya dalam tugas utamanya berdiplomasi.

“Setiap resepsi diplomatik Saya masih bisa menari, karena masih langsing,” katanya, sambil tersenyum.

Tarik waktu ke belakang, saat Dubes Kenssy menimba ilmu tari di Paguyuban Beksan Ngayogyakarto pada 70-an akhir hingga 80-an awal.

Masa-masa itu dihabiskan dia untuk mempelajari berbagai macam tarian.

Baca juga: Motif di Balik Kata ‘Bajingan’ yang Terlontar dari Mahasiswa S1

Hanya, dia lebih condong dengan Tari Golek, Golek Ayun-ayun, Golek Lambangsari, Sekar pudyastuti, Beksa Menak, dan Srikandi Suradewati.

Walau begitu, Golek Lambangsari adalah favoritnya sewaktu bertugas di Negeri Pizza.

“Ketika di Roma, saya lebih sering menarikan Golek Lambangsari karena Saya suka banget dengan tari itu dan tidak tahu alasannya. Namun, menurut Saya tari itu dinamis, tapi juga kalem, dan menarik untuk Saya,” tuturnya, menjelaskan.

Waktu pun bergulir dengan kencang hingga kalender tahun masehi menunjukkan angka 13 Februari 2019.

Tanggal yang mungkin tidak bisa dilupakan oleh Kenssy ketika dirinya dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar Ri untuk Republik Ceko.

Dengan menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Republik Ceko pada Juni 2019, maka resmilah Kenssy didapuk menjadi Dubes Ri untuk negara yang pernah bergabung dengan Slovakia itu.

Pengalaman ini menjadi yang pertama bagi wanita penggemar lagu-lagu dari Stevie Wonder ini diserahi amanah sebagai duta besar.

Baca juga: Kagama Jalan Nordik, Anggotanya Tak Terbatas Negara dan Usia

Sebelumnya, dia pernah menjadi Wakil Dubes RI untuk Singapura pada 2011.

Tugas yang dia emban pada kesempatan kali ini tergolong tidak main-main dan serius.

Apalagi kalau bukan soal urusan ekonomi. Maklum, negara dengan penduduk 10,7 juta jiwa itu tidak jauh berbeda dari kebanyakan negara Eropa Tengah lainnya yang unggul dalam industri strategis.

Di sinilah pengalaman menari pada masa lampau bermanfaat bagi Dubes Kenssy.

Pasalnya, mantan Sekretaris Direktur Jenderal untuk Urusan Protokol dan Konsuler, Kementerian Luar Negeri, mengakui bahwa falsafah budaya Jawa dalam tarian yang dia pelajari mengandung pelajaran pengelolaan emosi.

“Misalnya kami tengah berhubungan dengan counterpart (rekanan) negarauntuk mengajak mereka berinvestasi di Indonesia. Tentu tidak mungkin kami datang dengan bahasa yang ofensif,” katanya.

“Nah, adat Jawa mengajarkan datang (bertamu) dengan bahasa yang bersahabat dan sifat (embracing) merangkul, sehingga mereka tidak merasa terpaksa untuk melakukan bisnisnya di Indonesia,” ucap Dubes Kenssy menerangkan.

“Tarian Jawa melambangkan filosofi budaya kita yang luhur. Kita mesti merendahkan diri untuk bisa melihat lingkungan, agar pada suatu saat nanti kita bisa berbuat demi kepentingan orang banyak,” ujarnya. (Tsalis)

Baca juga: Rektor Panut Mulyono Jelaskan Filosofi Nitilaku UGM