Tidak hanya peningkatan stres oksidatif, performa fisik lansia akan semakin menurun. Performa fisik dalam hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Secara spesifiknya lagi berkaitan langsung dengan kekuatan, daya tahan otot, kecepatan berjalan, dan kapasitas fungsional.
“Penurunan performa fisik menimbulkan kecacatan, morbiditas, dan mortalitas. Menurut Fera, kita bisa melihat penurunan performa fisik ini dari kekuatan genggaman tangan si lansia,” tulis Fera.
Dengan menjadikan lansia Panti Sosial Tresna Werdha di Yogyakarta sebagai sampel penelitian, Fera kemudian melakukan sebuah uji yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan kadar stres oksidatif. Teh hijau dapat memberikan efek penurunan stres oksidatif, jika pemberian teh hijau dilakukan mulai 2-24 minggu.
Bersamaan dengan itu, teh hijau dapat meningkatkan performa fisik lansia. Fera membuktikannya dengan melihat genggaman tangannya yang lebih kuat dan aktifitas berjalan yang semakin cepat.
Namun, Fera menemukan bahwa teh hijau hanya dapat bekerja efektif pada orang dengan kadar stres tinggi. Sedangkan lansia dengan kadar stres rendah tidak akan mendapat efek yang berarti.
“Jadi, lansia yang memiliki tingkat stres cukup tinggi dan mengalami penurunan performa fisik, bisa kembali sehat dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung ekstrak teh hijau,” tulis Fera.(Kinanthi)
