Dr. Sampurno, MBA, Apt., Merasa Mendapat Berkat Tersembunyi dari Farmasi

1381

Aktif di POM

Lulus tahun 1977, Sampurno sempat ingin mengawali karier di perusahaan farmasi. Akan tetapi, setelah dipikir ulang ia merasa tidak cocok kerja di perusahaan. Ia lantas melamar di Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makan (sekarang Badan POM).

Pilihan ini terbukti tepat. Kariernya terbilang mulus. Ia juga sempat menjabat sebagai Direktur Perencanaan dan Pengembangan Perum Bio Farma di Bandung (1994-1995), lalu ditarik lagi ke POM dan menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal POM (1995-1998), hingga menjadi Dirjen POM pada tahun 1998-2001.

“Dulu saya waktu kerja di POM pernah bantu-bantu nulis pidato bagi politisi. Saya pernah diminta nulis pidato buat politisi yang mau ngisi acara di Gereja. Berhubung saya muslim, saya nulis yang umum-umum saja. Isu nasional begitu. Berkat jadi Dirjen POM, saya diangkat sebagai Majelis Wali Amanat di UGM,” kenang Sampurno.

Berkat pengalamannya tersebut, selain mengajar di Fakultas Farmasi UGM, Sampurno jugajkerap diundang mengajar di berbagai kampus Farmasi di Indonesia untuk mata kuliah Manajemen Farmasi.

Karier yang lancar, tak membuat Sampurno lupa akan kehidupan pasca kematian. Ia mengaku gemar membaca Alquran guna mengisi waktu luangnya.

Berdasarkanpembacaanya terhadap Alquran, ayah dari dua anak ini merasa agama tidak bertentangan dengan ilmu farmasi yang digelutinya.

Kata Sampurno, jika dicocokkan, banyak kemiripan antara Alquran dengan ilmu pengetahuan. Ia tidak menampik bahwa riset-riset ilmu pengetahuan di Indonesia harus digiatkan. Menurutnya, ilmu pengetahuan bisa berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi suatu negara.

“Coba lihat Korea dan Jepang, mereka ekonominya maju. Kita sudah 72 tahun merdeka masih begini-begini saja. Coba kalau ITB, UI, dan UGM rajin riset dan memberikan (hasilnya) kepada negara, mungkin bisa lebih maju,” tegas Sampurno.(Venda)