Dr. Ir. Witjaksono, M.Sc., Dokter Tanaman yang Tak Mau Membunuh Hama

1791

Baca juga: Kata Akademisi UGM Terkait Wacana Rektor Asing Pimpin Perguruan Tinggi Indonesia

Hasil penelitian ini ia terapkan untuk menghambat dan menaikkan produktivitas tanaman di beberapa desa binaan di daerah Bantul.

Menyiapkan Akreditasi Internasional

Ditanya perihal fokus Departemen Hama Penyakit Tanaman, pemilik hobi naik gunung ini setiap kali berulang tahun berdoa agar departemennya go internasional.

Setelah 5 tahun lalu mendapat sertifikasi regional dari (asean university network) dan menjadi yang pertama di kalangan Fakultas Pertanian, saat ini Departemen Hama Penyakit Tanaman sedang menyiapkan berkas akreditasi internasional.

“Untuk lingkup nasional, kami sudah baik dan leading, maka saat ini kami mengejar internasional,” terang Witjak.

Baca juga: Kurangi Kemacetan di Jogja, Begini Caranya

Secara statistik, departemen ini memiliki jumlah guru besar paling banyak dibanding departemen lain di UGM.

Terdapat 8 guru besar dari total 20 staf doktor di departemen ini.

Tantangan ke depan bagi Witjak adalah menyiapkan lulusan akademis dan peneliti yang mampu bersaing serta terus memperbaharui teknologi hasil penelitian terhadap hama dan penyakit yang tidak pernah selesai karena selalu berevolusi.

“Semakin ke sini hama dan penyakit juga beradaptasi terhadap lingkungan, sehingga akan selalu berubah. Tantangannya, kami selalu ‘adu balap’ dengan adaptasi hama dan penyakit ini dengan teknologi yang ada,” pungkasnya. (Sirajuddin)

Baca juga: Laboratorium-Laboratorium Tertua di UGM