Dosen Ilmu Tanah UGM Bagikan Tips Bercocok Tanam Tanpa Pupuk Tambahan dan Ramah Lingkungan

4794

Baca juga: Owner Jawara Banten Farm Alumnus UGM: Jangan Bertani dan Beternak Hanya karena Sedang Tren

“Menurut saya, bahan-bahan ini sudah cukup dan tak perlu menambah pupuk lagi. Masyarakat bisa menanam secara intensif dengan hasil yang tinggi,” ungkap alumnus Fakultas Pertanian UGM angkatan 1994 itu.

Nasih menerangkan, tanaman tertentu yang subur dapat menghasilkan biomassa yakni sumber bahan bakar yang terdiri dari materi tumbuhan atau hewan.

Limbah biomassa dari tanaman bisa diolah menjadi pembenah tanah dan nutrien.

“Biomassa ini akan berguna ketika kita menyiapkan lahan untuk tanaman pangan. Jika negara memiliki biomassa yang banyak, maka mereka akan berjaya di masa sekarang dan masa mendatang,” jelas Nasih.

Nasih menerangkan biomassa dibagi menjadi tiga, yakni biomassa berair yang bisa diolah menjadi pupuk organik cair, biomassa kering yang dikeringkan dengan dibakar tanpa oksigen menjadi arang, serta biomassa lunak yang diolah menjadi pupuk kompos.

Baca juga: Beban Berlapis, Begini Trik Mengatur Keuangan bagi Sandwich Generation

Pembenah tanah hasil dari limbah biomassa ada bermacam-macam, salah satunya disebut biochar.

Terbentuknya biochar bermula dari pembakaran, yang kemudian direndam dengan pupuk organik cair.

“Biochar menjadi pembenah tanah untuk jangka panjang. Di samping itu lebih ramah lingkungan dibandingkan pupuk kandang yang menimbulkan bau,” tutur dosen yang sehari-harinya mengajar mata kuliah Keharaan Tanaman, Kesuburan Tanah, dan Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini.

Ada pun alternatif penyubur tanah lainnya, masyarakat bisa mengumpulkan dedaunan yang berserakan untuk dimasukkan ke sebuah wadah yang tersedia sampai mengalami pelapukan.

“Dalam satu sampai tiga tahun guguran daun ini akan menjadi tanah. Di sini akan ada banyak sekali mikrobia lokal yang bisa dimanfaatkan,” tegasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Perubahan Perilaku pada Budaya Tatanan Baru Memang Tidak Bisa Dilakukan dalam Semalam