Dokter Paru RSA UGM: Tak Masalah Menggunakan Masker Saat Berolahraga

988

Baca juga: Begini Kiprah Alumnus Filsafat UGM yang Berkarier di Dunia Sepak Bola

“Sedangkan orang bicara sepatah atau dua patah kata bisa mengeluarkan 200-500 butir menurut sebuah studi. Maka dari itu, baik yang terinfeksi maupun tidak harus pakai masker,” pungkas Siswanto.

Siswanto mengungkapkan, pasien Covid-19 dibagi menjadi 3 macam, orang tanpa gejala atau dengan gejala ringan sebanyak 80 persen, gejala berat sebanyak 15 persen, dan 5 persen dengan gejala kritis.

Siswanto menyebut terdapat dua tipe pasien tanpa gejala yakni, asimtomatik dan presimtomatik.

Pasien asimtomatik, walaupun dinyatakan positif setelah swab test, mereka bisa saja tak menunjukkan gejala apapun.

Baca juga: Ketua KAGAMAHUT Semangat ‘Ngumpulke Balung Pisah’ Berkat Kuatnya Jiwa Korsa Rimbawan

Sementara pasien presimtomatik, setelah dinyatakan terinfeksi, bisa menunjukkan gejala 2-3 hari setelahnya.

“Dua pasien ini bisa menularkan virus. Karena gejala yang tak terlihat itu, kita tidak bisa mendeteksi. Untuk itu, kita harus selalu punya asumsi bahwa orang yang kita ajak bicara itu terinfeksi Covid-19 sebagai bentuk kewaspadaan,” tuturnya.

Masyarakat awam disarankan untuk memakai masker kain. Sedangkan bagi tenaga medis, wajib menggunakan masker medis yang juga telah dibagi jenis-jenisnya, termasuk masker N95.

Mengutip dari sebuah penelitian, Siswanto menuturkan, masker yang terbuat dari kain berbahan chifon dan katun terbukti memberikan filtrasi cukup baik.

Baca juga: Benarkah Kebun Sawit Penyebab Kerusakan Hutan Dunia?