Dirut BNI Syariah Alumnus Pertanian UGM: Potensi Industri Halal di Indonesia Rp3192 Triliun

442

Baca juga: Budi Karya Sumadi: Fotografi Bisa Bangkitkan Kegembiraan dan Optimisme di Masa Pandemi

Kata dia, permintaan transaksi secara online melonjak 51 persen.

Perubahan kebiasaan ini tidak bisa dihindari oleh BNI Syariah. Beruntung hal itu bisa ditangani dengan baik karena 70 persen karyawan BNI Syariah adalah generasi milenial.

Firman memandang, adaptasi dan adapsi hal baru penting dalam menyikapi sebuah perubahan.

Hanya saja, akan selalu ada tantangan yang mesti dihadapi.

Dalam hal pengembangan keuangan syariah misalnya, Firman menilai bahwa Indonesia masih kekurangan literasi dan inklusi.

Baca juga: Angkutan Jalur Laut Lebih Tangguh Hadapi Krisis

Sebab bagi dia, syariah lebih dari sekadar halal dan haram.

“Prinsipnya adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta). Mengapa literasi dan inklusi menjadi penting?” kata Firman.

“Sebab, potensi ekosistem halal di industri besar sekali. Sayang para pemain industri yang memahami literasi pasar tidak lebih dari 6 persen,” jelas pria yang juga lulusan Magister Manajemen UGM tersebut.

Menurut Firman, di Indonesia saja ada potensi Rp3192 triliun untuk industri halal.

Jumlah itu terbagi dalam tujuh sektor bisnis. Yakni makanan (Rp2422 triliun), fesyen (Rp294 triliun), media (Rp140 triliun), pariwisata (Rp154 triliun), farmasi (Rp70 triliun), kosmetik (Rp56 triliun), serta haji dan umrah (Rp56 triliun).

Baca juga: Enam Langkah yang Harus Dilakukan Indonesia dalam Mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan