Dirjen PDASHL Alumnus UGM Ingin Tumbuhkan Sentra Ekonomi Baru dengan Kacang Macadamia

1032

Baca juga: Pandemi Tak Jadi Kendala, Dariah Punya Cara untuk Menggerakkan Canthelan di Depok, Jawa Barat

Kemudian, mereka juga melakukan pendekatan pentingnya lingkungan dari sejak dini. Yakni dengan memberi edukasi kepada anak TK dan SD.

Semuanya itu telah disusun untuk mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan sesuai dengan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024.

Di sisi lain, rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) sekarang juga tidak hanya di lahan kritis.

Hudoyo mengaku, kini area padat penduduk dan perkebunan juga jadi sasaran. Misalnya di Dieng, Wonosobo-Banjarnegara.

Kata dia, RHL saat ini tidak asal hijau. Akan tetapi rehabilitasi harus menghasilkan tiga hal, yakni food (pangan), feed (pakan), dan fibre (serat).

Baca juga: Hati-hati, Ini Narkoba Jenis Baru yang Beredar di Indonesia

Tujuannya adalah untuk menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru dan mendukung ketahanan pangan, selain juga menambah tutupan hutan dan lahan.

“Di Dieng, kami perkenalkan tanaman pangan seperti durian, alpokat, rambutan, matoa, kopi, dan manggis dengan pola agroforestry,” tutur Hudoyo.

Sementara itu, untuk pakan diantaranya diperkenalkan lamtoro, kaliandra, dan rumput gajah.

Adapun tanaman penghasil serat (untuk pakaian dan pewarna pakaian) yang diperkenalkan seperti bambu, rami, biji kesumba, dan daun tarum.

Untuk merealisasikan langkah ini, Ditjen PDASH tengah menyiapkan 1000 unit Kebun Bibit Rakyat dan 465 unit Kebun Bibit Desa.

Baca juga: Kisah Bidan Hanifatur Rosyidah Lewati Segudang Kegagalan Sampai Bisa Eksis di Kancah Global

Ada juga 5 unit persemaian modern yang disiapkan di ibu kota negara yang baru.

“Kami bermimpi daerah-daerah pertanian seperti di Dieng, Batu, Brebes bisa mengganti tanaman sayur menjadi tanaman macadamia. Ini kacang mahal,” kata Hudoyo.

“Di Bondowoso sudah melakukannya. Paling sedikit bisa menghasilkan Rp200 juta per hektar per tahun, bahkan bisa Rp800 juta.”

“Syarat tumbuhnya minimal 800 mdpl,” beber pria kelahiran Grobogan, Januari 1961 tersebut. (Ts/-Th)

Baca juga: KAGAMA Kepri dan KAGAMA Batam Sumbang 150 Bibit Pohon untuk Kebun Raya Batam