Dirjen KSDAE Alumnus UGM Sebut Cara Selamatkan Keragaman Hayati Pasca The New Normal

1065

Baca juga: Bantu Masyarakat Terdampak Covid-19 Saat Lebaran, KEFEGAMA Sumut Bagikan Parsel Produk UMKM

Meski demikian, Wiratno memandang, nominal pendanaan hanyalah salah satu indikator untuk melihat kemampuan dalam mengelola kawasan konservasi.

Menurutnya, hal yang lebih tepat untuk dilakukan adalah membuat program kemitraan konservasi berbasis kegotongroyongan. Misalnya dengan membangun kawasan wisata konservasi.

Langkah itu dinilai bakal berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

Pasalnya, ada 6.280 desa penyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi.

“Masyarakat miskin di kawasan konservasi harus diajak menghilangkan kemiskinannya melalu berbagai alternatif local economy,” ujar Wiratno.

Baca juga: Cerita Ketua KAGAMA Malang Saat Kuliah di Jurusan Sulit Sambil Jualan Handuk

“Kami melakukan pendekatan kelompok. Ada 600 ribu lebih hektar kawasan yang dimitrakan dengan masyarakat,” terang pria kelahiran 1962 ini.

Wiratno pun ingat bahwa skema tersebut mampu membuahkan keberhasilan dalam menyelamatkan salah satu keragaman hayati Indonesia.

Yakni tanaman anggrek jenis vanda tricolor yang terancam punah pada 1999 akibat erupsi Gunung Merapi.

Katanya, bersama dengan enam kelompok di kawasan Lereng Merapi, dia dan tim berhasil menjalankan misinya.

Dengan bekerja sama dengan Fakultas Biologi UGM, kini sudah ditemukan 60 anggrek jenis lain di wilayah Selatan Merapi.

Baca juga: 250 Alumni UGM Persembahkan Konser Virtual ‘Ora Iso Mulih’ untuk Bantu Penanganan Covid-19