Direktur Pemasaran Badan Otorita Borobudur Alumnus UGM Menilai Budaya Kreatif Penting bagi Industri Pariwisata

629

Baca juga: Ganjar Ajak Masyarakat Gotong Royong Hadapi Krisis dari Desa

Agus menilai, budaya kreatif mesti ditunjang dengan fasilitas pendukung untuk mendorong karyawan berpikir secara imajinatif.

Misalnya dengan kantor model co working space, atau membentuk departemen yang khusus mengurusi ide kreatif.

Pemikiran imajinatif yang out of the box memunculkan hal yang berbeda dari sisi eksternal.

Sementara dari sisi internal, bakal memunculkan rasa kebanggaan dan kepuasan.

Lantas, mulai dari mana budaya kreatif ini dipelihara? Menurut Agus, pemeliharaan budaya kreatif harus diawali sejak organisasi memilih calon karyawan.

Dalam memilih calon karyawan, organisasi hendaknya melihat kesesuaian nilai-nilai pribadi dengan budaya yang ada (person-organizastion fit).

Kata Agus, efek kesesuaian nilai pribadi calon karyawan dengan organisasi (industri pariwisata) bakal berpengaruh terhadap kinerja dan komitmen.

Baca juga: Inovasi dan Solidaritas Sosial Kunci Hadapi Krisis

Selain itu, langkah lain yang bisa dilakukan adalah melakukan sosialisasi. Yakni agar karyawan baru dapat mempelajari pengetahuan sosial.

Sehingga, mereka akan memahami sekaligus beradaptasi dengan budaya organisasi yang ditempatinya.

“Secara umum, keefektifan budaya kreatif sangat bergantung pada kesesuaian organisasi dengan tuntutan lingkungan luarnya,” ucap Agus.

“Sementara itu, destinasi yang secara demonstratif memperlihatkan budaya kreatif akan menjadi sorotan, pergunjingan, sekaligus panutan.”

“Pada akhirnya, impian destinasi untuk menjadi trendsetter benar-benar terealisasi,” pungkas sosok kelahiran 28 Agustus 1961 ini. (Ts/-Th)

Baca juga: Awal Tahun Depan Indonesia Siap Produksi Vaksin Covid-19 dalam Skala Besar