Dikaitkan dengan Penyebab Banjir, Ini Luas Perkebunan Sawit di Indonesia

384
Kepada Presiden Jokowi, PM Muhyiddin Yassin menyampaikan bahwa kampanye anti sawit tidak berdasar dan tidak mencerminkan keberlanjutan industri sawit dunia. Foto: Ist
Kepada Presiden Jokowi, PM Muhyiddin Yassin menyampaikan bahwa kampanye anti sawit tidak berdasar dan tidak mencerminkan keberlanjutan industri sawit dunia. Foto: Ist

KAGAMA.CO, JAKARTA – Pembahasan mengenai diskriminasi terhadap komoditi sawit mengemuka dalam kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia ke Indonesia pada Jumat (5/2/2021).

Kepada Presiden Jokowi, PM Muhyiddin Yassin menyampaikan bahwa kampanye anti sawit tidak berdasar dan tidak mencerminkan keberlanjutan industri sawit dunia.

Hal ini, kata dia, bertentangan dengan komitmen UE dan WTO tentang praktik perdagangan bebas.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi berharap Malaysia untuk berkomitmen bersama melawan diskriminasi terhadap sawit.

“Perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama,” ujar Presiden alumnus Fakultas Kehutanan UGM itu.

Baca juga: Image Petani Harus Diubah Untuk Dorong Regenerasi Petani

Secara terpisah, CEO Nusantara Sawit Persada (NSP) Teguh Patriawan, memberikan tanggapannya terkait diskriminasi sawit.

Sebagai pelaku industri sawit, selama ini Teguh merasa resah akibat pohon penghasil minyak itu masih dipandang sebelah mata.

Terutama pada saat musim banjir seperti sekarang ini. Menurut Teguh, sawit dianggap sebagai biangnya.

“Yang salah itu yang menanam sawit di lahan konservasi. Bukan komoditinya,” ujarnya kepada Kagama.

Pasalnya, dalam beberapa diskusi dan pemberitaan di media massa, Teguh mengaku masih menjumpai narasi tersebut.

Baca juga: Saya Dapat Hikmah Mengenali Bau Virus Corona