DEN HAAG, KAGAMA – Indonesia Diaspora Network di Belanda mengikuti workshop membatik di Aula Nusantara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, Belanda, Selasa (16/5/2017). Workshop membatik menarik minat sedikitnya 60 warga Negara Indonesia (WNI) yang bermukim di Negeri Kincir Angin itu, antara lain anggota Dharma Wanita Persatuan, WNI, dan juga warga Belanda.
Peserta workshop mendapatkan materi dari perwakilan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah. Peserta mendapatkan materi mulai dari filosofi,asal-usul, sejarah perkembangan, serta pengenalan motif dan jenis kain batik.
HA Ibnu Wiwoho Wahyu Utomo selaku wakil dari Kepala Perwakilan dalam sambutannya menyampaikan filosofi batik. Ia mengutip konsep tridaya dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu tentang cipta, rasa, dan karsa. Ibnu Wiwoho juga menjelaskan sejarah perkembangan batik yang sekarang cenderung lebih praktikal.
“Hal ini dilakukan karena media yang digunakan bisa di mana saja. Contohnya, ornamen rumah tangga, kemeja. Blangkon, tas, dan masih banyak lagi,” terangnya.
Sementara, salah satu pengajar di UNS, Ratna Endah Santoso memberikan paparan mengenai pengenalan batik. Ia menjelaskan bahwa batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh dunia melalui UNESCO. Selain itu, beliau juga menjelaskan mengenai pengertian, proses, jenis, asal, dan sejarah batik.
Selanjutnya, peserta workshop berkesempatan mecoba membatik. Dimulai dari nyorek, nyanting, mewarnai, lorod, dan menjemur. Sejumlah mahasiswa FSRD UNS ikut membantu pelaksanaan praktik membatik. Hingga workshop berakhir, seluruh peserta workshop tampak puas dan bangga melihat hasil kreasi mereka, dengan motif dan desain batik buatan mereka sendiri. [rts]