Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Beri Kuliah Umum tentang Kepemimpinan

812
Dalam setiap kesempatan mulailah dengan bakat dan akhiri dengan kekuatan.(Foto: ksp.go.id)
Dalam setiap kesempatan mulailah dengan bakat dan akhiri dengan kekuatan.(Foto: ksp.go.id)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – “Kepemimpinan itu bukanlah soal hierarki atau kata-kata. Tapi tindakan,” terang Denni Puspa Purbasari, Deputi III Kepala Staf Kepresidenan dalam kuliah umum, Rabu (25/4/2019).

Berlokasi di Auditorim lantai 8 FEB UGM, kuliah umum mengangkat tema Menumbuhkan dan Melatih Kepemimpinan.

Di hadapan ratusan mahasiswa berbagai jurusan, Purbasari memberi pemaparan tersebut berdasarkan pengalamannya menempuh pelatihan kepemimpinan di berbagai tempat.

“Ini adalah materi perasan dari beberapa pelatihan leadership and development yang pernah saya ikuti, seperti di Hardvard Kennedy School,” terang perempuan lulusan Ilmu Ekonomi tahun 1997 ini.

Menurutnya, hal pertama yang perlu diketahui dari menumbuhkan jiwa kepemimpinan ialah dengan mengetahui diri sendiri.

Ia pun mengajak para peserta untuk bertanya pada diri sendiri apa bakat yang dimiliki dan mimpi seperti apa yang ingin diraih.

Selain itu peserta juga perlu untuk memikirkan bagaimana citra diri yang ingin dilihat orang lain, nilai apa yang dipegang dan modal apa yang dimiliki untuk meraih mimpi.

“Selanjutnya yaitu mengidentifikasi bakat dan preferensi dalam berfikir,” ungkap Purbasari.

Perempuan yang menempuh pendidikan Master Policy Economics di University of Illinois at Urbana-Champaign ini kemudain menjelaskan bahwa dengan mengetahui bakat yang dimiliki, maka sesorang akan tahu kekuatannya.

Harapannya dengan mengenali bakat, seseorang akan lebih bisa memberi dampak positif pada tim kerjanya.

“Dalam setiap kesempatan mulailah dengan bakat dan akhiri dengan kekuatan,” tekannya.

kuliah umum  mengangkat tema Menumbuhkan dan Melatih Kepemimpinan.(Foto: Rosa)
kuliah umum  mengangkat tema Menumbuhkan dan Melatih Kepemimpinan.(Foto: Rosa)

Kemudian hal lain yang perlu diperhatikan ialah membangun citra diri.

Perempuan asal Semarang ini menekankan citra diri bagi seorang pemimpin penting karena akan berpengaruh pada bagaimana tujuan hidup seseorang dapat diraih.

Citra diri ini bisa dibangun dengan mengetahui tiga hal, yaitu future self atau mimpi dan warisan yang ingin dibuat, authentic self atau paham nilai diri dan yang terakhir brand perception atau pendapat orang lain tentang diri.

Di samping tiga hal di atas, untuk menjadi seorang pemimpin perlu mengetahui siapakah kira-kira mentor dan sponsor yang mendorong hingga ke atas.

Apakah karena kolega, clients, atau influencers dan perlu untuk memerhatikan kepentingan dan tujuan pihak-pihak tersebut.

Untuk bisa sampai posisi atas, Purbasari juga mengatakan bahwa seseorang juga butuh modal kompetensi dan hubungan.

“Keduanya harus seimbang, selain seseorang memiliki kompetensi ia juga perlu membangun hubungan yang baik dengan pihak yang berkaitan dengan posisinya.”

“Namun jika hanya memiliki modal tanpa kompetensi itu juga kurang tepat,” paparnya.

Pemimpin juga perlu untuk mengerti dan mampu mengelola adanya perubahan.

Seorang pemimpin perlu untuk membuat semua orang memiliki misi yang sama dalam melihat sebuah perubahan dan memberdayakan anggotanya.

Purbasari kemudian menjelaskan untuk bisa menggerakan tim supaya berubah, hal yang harus diketahui salah satunya ialah kultur organisasi yang sedang dipimpin.

Pasalnya, dengan paham kebiasaan organisasi, pemimpin akan mengenal siapa yang ia pimpin dan apa yang menjadi kebiasaan dan bagaimana mengubahnya.

“Pemimpin yang efektif itu adalah pemimpin yang mampu menyelaraskan strategi dengan kultur,” pungkasnya. (Rosa)