Demi Kesehatan dan Keselematan Kerja Pembatik, UGM Luncurkan Desa Sehat Batik di Kulonprogo

192
Para pembatik banyak terpapar bahan kimia iritatif, toksik, hingga karsinogenik yang berasal dari pewarna batik.Padahal bahan-bahan tersebut merupakan penyebab tertinggi penyakit-penyakit berbahaya akibat kerja. Foto: Humas UGM
Para pembatik banyak terpapar bahan kimia iritatif, toksik, hingga karsinogenik yang berasal dari pewarna batik.Padahal bahan-bahan tersebut merupakan penyebab tertinggi penyakit-penyakit berbahaya akibat kerja. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, KULONPROGO – Peneliti dari UGM, UN AIR, ITB dan IPB mengembangkan model intervensi kesehatan, teknologi lingkungan dan sosial yang ditujukan untuk industri batik.

Mereka tergabung dalam sebuah tim Riset Kolaborasi Indonesia Kemristekdikti.

Penelitian bertujuan untuk mewujudkan ‘Desa Batik Sehat’, yang memperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja, ramah lingkungan, ramah anak, keluarga, serta masyarakat sekitar (Environmental Friendly No Human Hazards).

‘Desa Batik Sehat’ ini telah diresmikan pada Rabu (22/1/2020) pagi di Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo, DIY.

Melansir laman resmi UGM, Peresmian ini diisi dengan acara peluncuran modul Standar Operasional Prosedur berjudul Penyakit Akibat Pekerjaan Membatik dan Cara Pencegahannya.

Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan alat pengolahan limbah batik dari tim peneliti kepada perwakilan pembatik.

Ide pengembangan model itu, berawal dari kekhawatiran peneliti terhadap aktivitas industri batik, yang ternyata juga diikuti timbulnya permasalahan kesehatan pekerja dan lingkungan sekitarnya.

Para pembatik banyak terpapar bahan kimia iritatif, toksik, hingga karsinogenik yang berasal dari pewarna batik.Padahal bahan-bahan tersebut merupakan penyebab tertinggi penyakit-penyakit berbahaya akibat kerja. Foto: Humas UGM
Para pembatik banyak terpapar bahan kimia iritatif, toksik, hingga karsinogenik yang berasal dari pewarna batik.Padahal bahan-bahan tersebut merupakan penyebab tertinggi penyakit-penyakit berbahaya akibat kerja. Foto: Humas UGM

Baca juga: Masa Studi Tak Sesuai Target, Melinda Malah Jadi Lulusan Terbaik FTP UGM

Para pembatik banyak terpapar bahan kimia iritatif, toksik, hingga karsinogenik yang berasal dari pewarna batik.

Padahal bahan-bahan tersebut merupakan penyebab tertinggi penyakit-penyakit berbahaya akibat kerja.

Mereka rentan mengalamai gangguan-gangguan pada beberapa area tubuhnya, seperti pada kulit, sistem saraf, mata, dan sistem pernapasan.

Selain itu, lingkungan di sekitar industri batik juga semakin tercemar akibat limbah sisa produksi.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengolah limbah cair batik.

Tetapi, luaran dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) masih di luar nilai baku mutu, termasuk Pb, Cr dan Si.

Gangguan-gangguan yang kerap ditemukan pada para pembatik, juga dimungkinkan terjadi pada masyarakat sekitar industri.

Baca juga: Pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota Bontang Ini Raih IPK 4,00 di Fakultas Teknik UGM