Darah Kepiting Bakau sebagai Antimikrobial Peptida terhadap MRSA

495
Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM menemukan inovasi terapi anti-superbug Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan Antimikrobial Peptida yang terdapat pada darah/hemolymph kepiting bakau (Scylla serrata).

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada terus berinovasi guna mengatasi persoalan di berbagai bidang. Kali ini, lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM menemukan inovasi terapi anti-superbug Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan Antimikrobial Peptida yang terdapat pada darah/hemolymph kepiting bakau (Scylla serrata).

Kelima mahasiswa tersebut, yakni Megaria Ardiani, Dion Adiriesta Dewananda, Raden Mas Ravi Hadyan, Aditya Harinto, dan Sakinah. Inovasi tersebut diberi nama Crab-Blood Ministration dan tersedia dalam bentuk sirup antibiotik.

Seperti diketahui, infeksi sistemik bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) merupakan salah satu penyakit infeksius paling berbahaya pada manusia. Tingkat penularan dan kematian akibat penyakit infeksius terbilang cukup tinggi. Di Indonesia, diketahui prevalensi MRSA perolehan dari rumah sakit sebesar 23,5% dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

“Infeksi sistemik MRSA dapat menyebabkan sepsis dan toxic shock syndrome yang bersifat fatal, terlebih bakteri ini memiliki kemampuan resistensi kuat terhadap hampir seluruh antibiotika golongan beta-lactame,”kata Megaria, Rabu (16/8).

Sirup antibiotik inovatif ini diharapkan mampu menjadi terobosan baru terapi superbug MRSA yang solutif dan bermanfaat di masyarakat luas.
Sirup antibiotik inovatif ini diharapkan mampu menjadi terobosan baru terapi superbug MRSA yang solutif dan bermanfaat di masyarakat luas.

Senyawa antimikrobial peptida yang diciptakan Megaria dan timnya seperti scygonadin, scyllin, lysozyme, lectins, flavoenzyme dan gelatin imunoglobulin dapat dimanfaatkan sebagai biomimicry medicine. Antimikrobrial peptida tersebut memiliki struktur heliks-ampifatik yang dapat berinteraksi kuat terhadap bakteri-bakteri patogen manusia.

Berdasarkan pengamatan parameter hematologi rutin, kimiawi darah, dan histopatologi organ yang dilakukan di Departemen Patologi Klinik, FKH UGM, pemanfaatan antimikrobial peptida ini terbukti dapat meredakan infeksi sistemik MRSA pada ketiga kelompok mencit perlakuan.

Tidak ditemukan kelainan sel darah putih dan abnormalitas fungsi ginjal (ALT dan BUN) pada kelompok perlakuan dengan sediaan sirup antibiotik Crab-Blood. Histopatologi organ hati, limfa dan ginjal juga tidak ditemukannya perdarahan, kongesti, maupun kerusakan inti sel. Hasil tersebut menunjukkan pemberian darah modifikasi Crab-Blood mampu meredakan infeksi sistemik MRSA dengan baik.

“Sediaan sirup antibiotik inovatif ini diharapkan mampu menjadi terobosan baru terapi superbug MRSA yang solutif dan bermanfaat di masyarakat luas,”pungkas Megaria.

 

Sumber : Humas UGM