Danny Kosasih: Startup yang Sukses Mendapatkan Pendanaan Belum Tentu Sukses di Pasar

645
Danny Kosasih membabar pandangannya terkait strategi pengembangan startup dewasa ini. Foto: Ist
Danny Kosasih membabar pandangannya terkait strategi pengembangan startup dewasa ini. Foto: Ist

KAGAMA.CO, JAKARTA – Startup digital maupun non digital semakin menjamur beberapa tahun belakangan.

Pasar menjadi sasaran bagi startup untuk memberikan produk dan pelayanannya, serta saling bertukar values di antara pelaku startup yang terlibat.

Demikian disampaikan oleh CMO Volantis Technology Founder Didik.co, Danny Kosasih dalam Seminar Daring Leadership Series 6, bertajuk Startup and Creative in New Normal Era, pada Sabtu (22/8/2020), yang digelar oleh MM UGM dan KAFEGAMA MM.

“Pasar yang menjadi sasaran startup bisa didefinisikan sebagai konsumen orang per orang yang juga menjadi end user.”

“Namun, sebetulnya tantangan startup tidak hanya mengerjar pasar, tetapi juga menarik talent dan investor untuk terlibat dalam pengembangan startup,” jelasnya.

Baca juga: Upaya Kampus Kerakyatan Kembangkan Hasil Riset Lewat Inkubator Startup

Berbicara soal pendanaan dari investor, sejauh ini pendanaan startup diklasifikasikan berdasarkan valuasi seperti unicorn, decacorn, dan valuasi lainnya.

Danny melihat valuasi terlihat bias karena sebetulnya klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan hitam di atas putih.

“Sebenarnya salah kaprah jika kita mengukur kesuksesan startup berdasarkan valuasi. Startup yang sukses mendapatkan pendanaan belum tentu sukses menguasai pasar yang dituju, bahkan ada yang sudah jatuh sebelum memulai,” ungkap alumnus Magister Strategic Management UGM angkatan 2006 itu.

Dari segi model industri, Danny mengungkapkan bahwa saat ini startup paling populer dan berkembang adalah fintech dan e-commerce. Kemudian baru-baru ini disusul health technology seiring dengan situasi pandemi Covid-19.

Di sisi lain, model strategi pasar yang paling umum ditemui di dunia bisnis adalah Bussiness to Consumer (B2C).

Baca juga: Kata Profesor Iin Handayani, Pertanyaan ‘Mau Jadi Apa’ Sudah Tak Cocok Lagi untuk Generasi Z