Cerita Sulistyowati Saat Bikin Suasana Kelas yang ‘Mencekam’ Jadi Gayeng Berkat Permen

1899
Bagi mahasiswa Sastra Jawa, suasana mengikuti perkuliahan ini begitu ‘mencekam’. Foto: Maulana
Bagi mahasiswa Sastra Jawa, suasana mengikuti perkuliahan ini begitu ‘mencekam’. Foto: Maulana

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Keinginan Dr. Sulistyowati, M.Hum., untuk menempuh studi di Sastra Jawa UGM sejak awal diniatkan untuk tujuan nguri-uri kebudayaan Jawa.

Bagi Lies, sapaan akrabnya, belajar Sastra Jawa tidak sepenuhnya mudah.

Dalam obrolan hangat di ruang kerjanya bersama Kagama, belum lama ini, alumnus Sastra Jawa angkatan 1990 ini membabar kisahnya ketika mengikuti kuliah Filologi.

Mata kuliah ini dianggap ‘mencekam’ bagi mahasiswa Sastra Jawa.

Pasalnya, mahasiswa musti berkutat dengan manuskrip-manuskrip kuno dengan aksara dan bahasa yang sulit dipahami, seperti bahasa Jawa kuno, sanskerta dan Arab klasik.

Baca juga: Dosen UGM Kembangkan Teknologi Pendukung Usaha Tani

Kala itu hanya ada empat mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini, termasuk Lies.

Dosen yang mengampu saat itu ialah Dr. I. Kuntara Wiryamartana, yang akrab disapa Romo Kun (almarhum).

Karena Filologi tidak mudah dipahami, Lies bersama kawan-kawannya harus ekstra bersiap diri dengan materi setiap kali masuk kelas.

Supaya kegiatan pembelajaran tidak mencekam, Lies bersama kawannya berusaha membuat suasana kelas  menjadi nyaman dan lebih santai.

“Romo, mbok kalau kuliah itu kami diparingi permen,” tutur Lies mengulangi perkataannya kepada Romo Kun.

Baca juga: Siapa Saja Orang yang Percaya Kerajaan Abal-abal?