Cerita Rektor Pertama UGM Perjuangkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Perkuliahan

1386
Menurut Prof. Sardjito, menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar perkuliahan dapat memperlambat perkembangan nasional, khususnya perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Foto: Arsip UGM
Menurut Prof. Sardjito, menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar perkuliahan dapat memperlambat perkembangan nasional, khususnya perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Foto: Arsip UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Rektor pertama Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sardjito dikukuhkan sebagai pahlawan nasional jelang hari pahlawan, pada 10 November 2019.

Nama Prof. Sardjito memang diusulkan oleh sivitas akademik UGM pada 2018, didahului dengan serangkaian riset dan seminar.

Salah satu alasan pengusulan nama tokoh yang namanya juga diabadikan menjadi nama rumah sakit umum di DIY ini yaitu kontribusinya dalam bidang perjuangan, pendidikan dan sains, khususnya ilmu dan teknologi kedokteran.

Meskipun namanya dikenal dalam dunia sains dan kedokteran, dia ternyata juga memberi perhatian dalam bidang bahasa dan kebudayaan.

Dikutip dari buku Prof. Dr. Sardjito, Ilmuwan Pejuang, Pejuang Ilmuwan kala menjabat sebagai rektor, tepatnya pada tahun 1949 hingga 1961, Prof. Sardjito menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar perkuliahan.

Baca juga: Kagama Lahir dari Ide Prof Dr Sardjito

Maklum, di era itu bahasa Belanda masih dominan sebagai bahasa pengantar perkuliahan.

Tak hanya di UGM, sosok kelahiran Purwodadi, Magetan, Jawa Timur, 13 Agustus 1889 ini kemudian mengusulkan agar bahasa pengantar perkuliahan menggunakan bahasa Indonesia.

Prof. Sardjito mengusulkannya kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kala itu, penggunaan bahasa Indonesia dalam perkuliahan menurut Prof. Sardjito sesuai dengan statuta UGM, meskipun ditentang oleh beberapa pihak.

Mantan rektor ketiga Universitas Islam Indonesia ini juga berpendapat bahwa ditinjau dari segala sudut, lebih baik menghilangkan kendala-kendala dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan dengan cara mengesampingkan bahasa Belanda.

Baca juga: Jalan Panjang Gelar Pahlawan Nasional Prof. Sardjito