Cerita Jaka Widada yang Hobi Meneliti Sejak Mahasiswa

2559

Baca juga: Widodo Tapaki Karier dengan Berguru Kepada Banyak Sumber Ilmu

Dapatkan Pengalaman Berharga di Jepang

Tuntunan akademik setelah menempuh studi S2 minat Biologi Tanah di UGM, studi lanjut dia ditunaikan di The University of Tokyo, Jepang, serta postdoctoral selama 3 tahun di Universitas yang sama.

Tak hanya keilmuan, Jaka banyak memperoleh pengalaman hidup yang menurutnya sangat berharga selama tinggal hampir 7 tahun di Tokyo.

Dia begitu terkesan dengan kemandirian orang-orang Jepang.

Kemandirian, kata Jaka, merupakan kunci penting kesuksesan orang-orang Jepang.

Dia bercerita, kawan-kawannya di sana sangat aktif, memiliki segudang ide, dan tekun mengerjakan sesuatu.

Budaya untuk tertib orang-orang Jepang, juga tak kalah berkesan bagi Jaka.

Meski Jepang bukan negara yang beragama, mereka begitu menghargai orang lain, memahami hak siapa saja, serta selalu mengutamakan kewajibannya.

Baca juga: Ragam Klasifikasi Banjir, Insiden Jakarta Masuk Kategori Apa?

Pernah dalam suatu kesempatan, Jaka berniat menuju suatu tempat menggunakan kereta api.

Namun, perjalanan kereta kali ini tidak bisa sampai tujuan dengan tepat waktu (terlambat kurang lebih 1 menit).

Pihak kereta api kemudian mengucapkan permintaan maaf atas keterlambatannya.

Dalam hal pelayanan, konsumen betul-betul dijunjung tinggi layaknya raja.

“Menurut Saya itulah bangsa yang benar-benar berbudaya tinggi. Masyarakat dididik untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, sehingga hampir semua penduduk di sana tertib,” ungkapnya.

Berbagai peristiwa yang disaksikan di Jepang, Jaka sebut sebagai pengalaman berarti yang belum tentu dia dapat di Indonesia.

Karena kenyamanan itu, Jaka lantas memboyong keluarganya untuk ikut tinggal di Jepang.

Dalam kesempatan itu pula, istri Jaka juga mengikuti jejak suaminya menempuh studi.

“Di Jepang banyak hal yang bisa Saya pelajari. Punya peluang bisa belajar di negara maju adalah anugerah. Kesempatan inilah yang membuat Saya betah di Jepang,” tandas Kaprodi S1 Mikrobiologi Pertanian selama 3 periode ini.

Baca juga: Jangan Jadikan Banjir sebagai Ajang Kontestasi Politik

Bangga dengan bidang keilmuannya

Jaka yang tekun melakukan kegiatan riset, tampak bangga dengan mikrobiologi pertanian, khususnya mikrobioma pertanian, yang kini menjadi jalan terangnya untuk berkarier.

Menurutnya mikrobiologi pertanian merupakan ilmu terapan yang aplikatif dan besar sekali peranannya dalam kehidupan, termasuk tanaman.

“Berbagai proses di alam tidak akan terjadi tanpa ada mikroorganisme. Tidak ada bakteri misalnya, maka kehidupan ini juga nggak akan pernah ada,” jelasnya.

Jaka berpandangan, mikrobiologi bisa berperan sebagai ilmu dasar dan bisa diaplikasikan ke bidang keilmuan yang lain.

Seperti pertanian, ilmu kesehatan, energi, lingkungan, teknik sipil, teknik kimia, dan lainnya.

Sampai Saat ini, Jaka konsisten melakukan riset dan hilirisasinya.

Akhir-akhir ini Jaka sedang mengembangkan teknologi produksi tanaman, ikan dan ternak yang berbasis mikrobioma.

Dia banyak bekerja sama dengan dosen di berbagai bidang seperti kedokteran, teknologi pertanian, kehutanan, fisika, biologi, kimia organik, perikanan, farmasi dll.

Terima Penghargaan dari Wakil Rektor

Tahun 2018 lalu, Jaka menerima penghargaan dari Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, berkat prestasinya sebagai dosen dengan H-index dan sitasi scopus, serta Google Schoolar tertinggi di Fakultas Pertanian UGM.

Dengan segala pencapaian dan rezeki yang diterimanya saat ini, Jaka selalu berusaha nrima ing pandum dan mensyukuri apa yang telah diperoleh. (Kinanthi)

Baca juga: Saran Pakar Teknik Sipil dan Lingkungan UGM untuk Bereskan Banjir Jakarta