Cerita Alumnus Ilmu Tanah UGM Ditantang Jembatani Kepentingan Stakeholder Kakao di Indonesia

1308

Baca juga: Ada Peran Alumnus UGM di Balik Canggihnya Platform Sebaran Covid-19 di DIY

Saat kulah, alumnus Jurusan Ilmu Tanah UGM angkatan 1974 ini sering belajar kelompok dengan teman-teman satu angkatan di Syantikara dan Perpustakaan Pusat Sekip (sekarang menjadi Sekolah Vokasi).

”Maklum di kos-kosan kondisinya kurang memenuhi syarat untuk belajar. Lampu redup, tidak ada meja belajar, hanya tempat tidur kecil dengan kasur kempes dan rak pakaian saja,” kenang Sutanto.

Dalam perjuangan meraih gelar sarjana, Sutanto menyelesaikan skripsi yang mengusung tema pemanfaatan belotong (limbah pabrik gula) Madukismo sebagai bahan penyubur tanah untuk tanaman tembakau.

Bersama kedua kawannya yang sama-sama memanfaatkan belotong untuk skripsi, mereka berburu belotong ke Madukismo.

Kemudian dibawa ke greenhouse Fakultas Pertanian di Sekip dan melangsungkan penelitian di sana.

Baca juga: Peneliti UGM Bikin Bilik Disinfektan untuk Bantu Bersihkan Tubuh dari Paparan Virus

“Untuk mencari pustaka tentang belotong, Saya mengunjungi Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula (BP3G) di Pasuruan.”

“Di situ ketemu dengan kakak kelas yang kerja di situ. Rasanya seneng banget dan ikut numpang di rumahnya,” ujar pria kelahiran 63 tahun lalu ini.

Menjadi peneliti bidang tanah dan pemupukan di Balai Penelitian Jember pada 1981, merupakan pekerjaan pertama Sutanto setelah menyandang gelar sarjana.

Karier terus berkembang sampai dia menjadi peneliti utama dan ketua kelompok peneliti.

Dalam perjalanannya, Sutanto selalu berusaha memperbaiki diri dan bermanfaat bagi orang lain.

Baca juga: Dato Sri Tahir Gelontorkan Rp52 Miliar untuk Bantu Lawan Corona di Tiga Daerah